Senin, 28 April 2008

Materialisme Kehidupan Modern


Kita telah berada di abad 21 ini, di kehidupan yang modern yang serba canggih. Di dalam era dimana orang-orang sibuk bekerja siang sampai malam. Sehari-hari orang beraktifitas untuk mencari nafkah. Berharap mendapatkan rejeki lebih untuk hidup bahagia, mencukupi keluarga atau sekedar membali barang-barang mewah yang disuka. Seakan-akan uang sudah menjadi standart jaminan kebahagian
Dalam kehidupan yang demikian, tentu kita dituntut untuk berpikir praktis, pragmatis, fungsional. Seakan semua kita pikirkan dulu “fungsi” atau kegunaannya. Kita menjadi terbiasa memikir sesuatu dari untung ruginya. Beberapa pikiran yang secara tidak sadar kita kembangkan misalnya kalau bisa berkenalan dengan si A bisa beruntung dapat peluang bisnis, kalau ketemu dengan si B tidak ada untungnya. Atau kalau melakukan hal ini untungnya sedikit, tapi kalo melakukan hal itu untungnya banyak, walaupun itu melanggar “sedikit “peraturan tak masalahlah, dan lain sebagainya.
Berpikir untung dan rugi itu memandang semuanya sebagai kesatuan jumlah (barang). Prinsip ini disebut materialisme.
Celakanya pikiran-pikiran seperti ini tidak di ruang lingkup ekonomi saja. Tetapi sudah merambah ke konsep kerohanian, pendidikan, dan ruang lingkup kehidupan yang lain.
Coba anda perhatikan, bila kita berdoa atau menolong orang, apakah yang anda harapkan? Apa yang kemungkinan di ajarkan kepada anda bahwa kalau rajin menghadap Tuhan akan dapat “Pahala”. Bila menolong orang lain akan mendapat “pahala” juga. Ada juga yang mengatakan kita harus berderma agar utang dosa kita terhapus atau dikurangi.

Coba renungkanlah apakah anda selalu berpikiran model seperti itu?

Kemudian muncul pertanyaan di benak anda, harusnya bagaimana? Bukankah caranya seperti itu?

Memang caranya antara lain bisa seperti itu untuk menggampangkan saja, bila kita berpikir secara praktis dan dasar aja. Namun pemikiran seperti itu pantasnya untuk memberi pengertian kepada anak kecil.

Lalu harus bagaimana apakah yang belum kita pahami sekarang ini?

Tahukah anda, banyak kata-kata yang dilupakan dan disalah artikan orang-orang akhir-akhir ini
Untuk sederhananya bisa kita ambil 3 kata dulu saja untuk menjelaskan.
Ketulusan
Kepantasan
Kesetiaan


1. Ketulusan
Apakah yang anda pahami tentang ketulusan? Apakah anda tulus ketika sedang bekerja dikantor anda? Apakah anda tulus ketika merawat anak anda? Apakah anda tulus ketika berdoa menghadap kepadaNya? Apakah anda tulus ketika membaca artikel ini? Apakah tulus ketika saya menulis artikel ini?

Apakah ketulusan itu menurut anda? Ketulusan itu adalah melakukan sesuatu tanpa memikirkan untung ruginya. Dia melakukan itu karena sudah seharusnya begitu.

Apakah ketika anda merawat anak anda dengan berharap setelah besar nanti sang anak itu akan membalas jasanya lebih besar lagi? Semacam modal yang ditanam sekarang dan suatu hari nanti akan membuahkan hasil.

Tentu tidak seperti itu.
Cobalah luangkan waktu untuk melihat seekor kucing yang merawat anaknya dengan penuh ketulusan. Si kucing menyusui dan merawat anaknya sampai mereka cukup kuat, Setelah itu induknya pergi dan melepaskan anaknya untuk mencari hidupnya sendiri.


2. Kepantasan
Pernahkah anda berpikir bahwa anda pantas untuk mendapatkan sesuatu hal? Dan apakah anda seharusnya tidak pantas mendapatkan hal itu?
Kemudian apakah anda sudah sepantasnya melakukan hal itu atau tidak sepantasnya melakukan hal ini.
Kalau saya bilang sudah sepantasnya anda menolong saudara yang lemah atau kesusahan. Kemudian anda kebertanya: “Knapa?”
Maka saya akan jawab:” Sudah sepantasnya, karena anda lebih kuat dan mereka adalah saudara anda!” Saya tidak akan mengatakan bahwa kalau anda menolong saudara anda, maka anda akan masuk surga!


3. Kesetiaan
Setiakah anda pada pasangan anda? Setiakah anda pada keluarga anda? Setiakah anda pada Tuhan anda? Apabila anda tidak setia pada Tuhan anda, pada siapa lagi anda akan setia? Karena Tuhan hanyalah satu-satunya di Alam semesta ini.

Kalau anda setia pada pasangan anda, maka otomatis anda tidak akan selingkuh. Dan anda tentu mengunjunginya minimal 1 minggu sekali.

Begitu pula Kesetiaan dengan Tuhan. Jika anda benar-benar setia kepadaNya, maka anda akan selalu mencarinya tanpa memikirkan “pahala” yang diberikan dari Nya.

Sebarkanlah artikel ini apabila anda berkenan. Karena selain menyelamatkan fisik dunia yang sudah rusak karena ulah manusia. Yang lebih penting lagi kita juga harus menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang sudah rusak oleh pemahaman materialisme tersebut

Rabu, 09 April 2008

Ajaran Spiritual Agama Khong Hu Cu

Nabi Kongzi (Khong Cu) mengajarkan rakyat agar percaya kepada Huang Tian, Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai dan mengatur jagad raya. Ajaran menyembah Tuhan YME ini sudah diajarkan oleh para raja suci purba, tetapi belum diajarkan secara sistematis kepada rakyat. Nabi Kongzi mengajarkan kepada rakyat Tiongkok untuk melakukan upacara sembahyang dengan benar, tidak bersembahyang kepada roh sembarangan yang bukan semestinya dihormati. Orang boleh bersembahyang kepada roh yang sudah dikenal sebagai roh manusia yang berjasa besar kepada umat manusia.

Nabi Kongzi (Khong Cu) menata struktur kelenteng dengan menambah altar Tian Gong ( Thi Kong ) untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai altar utama. Sebelumnya, di kelenteng tidak ada altar Tuhan atau Tian Gong. Kelenteng itu semula tempat pemujaan para leluhur yang berjasa kepada masyarakat, roh itu dihormati orang seluruh kota maka dibuatkan kelenteng. Kemudian orang ke kelenteng menyembahyangi berbagai roh-roh yang dianggapnya dapat memperbaiki nasib mereka. Makna bersembahyang itu telah bergeser, dan Nabi Kongzi ingin meluruskan kembali.

Nabi Kongzi mengajarkan bahwa bersembahyang di kelenteng itu untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati roh orang yang pernah berjasa besar. Roh-bercahaya atau Sinbing yang disembahyangi di kelenteng adalah roh manusia yang pada waktu hidupnya telah berjasa besar kepada negara dan bangsa. Perbuatan mulia yang pernah dilakukan pada saat masih hidup itu perlu dicontoh. Misalnya Sinbing Kuan Kong, pada saat hidupnya terkenal sebagai orang yang jujur, setia, pembela kebenaran, dan mempelajari buku Chun Qiu karya Nabi Kongzi.

Contohnya, Dewi Guan Yin (Hokkian: Dewi Kwan Im) yang disebut Guan Yin Niang-niang adalah seorang putri dari negara bagian Miao zaman dinasti Zhou ( 周 ), yang baik budi dan welas-asih. Beliau hidup pada abad XII SM, 700 tahun sebelum Nabi Kongzi lahir. Menurut cerita, Putri Miao San ini sangat welas asih kepada semua orang. Para nara pidana yang berada dalam penjara sering dikunjungi, diberi makanan yang layak, diperlakukan seperti layaknya manusia. Perilakunya yang welas asih ini kemudian mendapat julukan Dewi Kuan Im, atau Guan Yin Niang-niang (观 音 娘 娘)Dewi yang selalu mau mendengar dan melihat penderitaan rakyatnya, dan menolongnya. Agama Buddha yang masuk ke Tiongkok pada abad V Masehi mensejajarkan Guan Yin Niang-niang ini dengan Bodhisatwa Avalokitesvara dan menyebutnya Kwam Im Posat. Perlu diketahui Avalokitesvara itu Boddhisatwa laki-laki, sedangkan Guan Yin Niang-niang itu seorang putri.

Selain Guan Yin Niang-niang, Sinbing yang pantas disembahyangi di kelenteng adalah Hian Thian Siang Tee atau Xuan Tian Shang Di ( 玄 天 上 帝 ), dan Hok Tik Cing Sin atau Fu De Zheng Shen ( 福 德 正 神 ). Hian Thian Siang Tee adalah Malaikat Bintang Utara yang menunjukkan arah utara, menjadi pedoman para petani bercocok tanam. Hian Thian Shiang Tee ini dipercaya sebagai malaikat yang memegang rahasia nasib manusia. Kata Hian Thian diartikan Rahasia Langit atau Rahasia Tuhan. Hian berarti tersembunyi, gelap, rahasia. Thian berarti langit dan juga berarti Tuhan, Hian Thian berarti Rahasia Tuhan. Hian Thian Shiang Tee ini mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk memegang Rahasia Langit. Rahasia nasib manusia juga dipegang oleh Hian Thian Shiang Tee. Sejak zaman dahulu, sebelum Nabi Kongzi lahir orang sudah bersembahyang kepada Hian Thian Shiang Tee untuk memperoleh peruntungan yang baik, seperti memperoleh jodoh yang baik, terhindar dari penyakit yang menyiksa, dan diberi panjang umur.

Hok Tik Cing Sin juga sering disebut Thou Tee Kong, atau malaikat Bumi. Malaikat ini adalah simbol dari perwujudan alam semesta yang memberi sumber hidup kepada manusia. Kalimat Hok Tik Cing Sin itu bisa diartikan Semangat Meluruskan Kebajikan akan Mendapatkan Berkah. Pada zaman dahulu orang Tionghua menggambarkan kekuasaan Tuhan itu sebagai kekuatan langit yang penuh rahasia dan kekuatan bumi yang dapat memberi makanan sebagai sumber kehidupan. Di atas langit ada Hian Thian Siang Tee yang memegang rahasia kehidupan, di bumi ada Malaikat Hok Tik Cing Sin yang menjaga bumi agar tetap menghasilkan pangan.
Penghormatan kepada Hian Thian Shiang Tee dan Hok Tik Cing Sin sesuai dengan prinsip Yin Yang, yang mewakili langit dan bumi. Prinsip Yin Yang menjadi dasar memahami ajaran agama Khonghucu dan Filsafat Xun Zi. Selain Sinbing yang sudah disebutkan di atas masih banyak Sinbing yang lain. Anatara lain, Kuan Tee Kun, Thian Shang Sing Boo, Kiang Cu Gee dan sebagainya.

Menurut Nabi Kongzi, mengajarkan agama tidak dibenarkan merusak kebiasaan yang sudah baik yang ada dalam masyarakat. Kalimat aslinya sebagai berikut: Xiu Qi Jiao Bu Yi Qi Shu (.修 其 教 不 易 其 俗 ). Kebiasaan masyarakat Tionghua pada waktu itu ada yang baik, ada pula yang buruk. Nabi Kongzi mengubah yang buruk menjadi baik, dan kebiasaan yang baik lebih diperbaiki.

from: Dr. Oesman Arief, M.Pd 's Articles