Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif
Agama Khonghucu menekankan kepada umatnya untuk menjalankan tugas kewajibannya sehari-hari dengan penuh tanggung jawab. Setiap hari umat Khonghucu wajib bekerja dan belajar agar kualitas hidupnya selalu meningkat sebagai pelaksanaan dari membina diri atau xiu shen. Umat Khonghucu selalu bekerja keras, seakan-akan bila hari ini tidak bekerja keras besok tidak ada nasi untuk dimakan oleh anggota keluarganya. Kerja keras umat Khonghucu ini didasari oleh tanggung jawabnya sebagai manusia atau karena ada harapan yang menanti di masa depan. Umat khonghucu akan mendapatkan materi yang cukup untuk menjalani kehidupan yang sejahtera apabila mereka bekerja keras. Dengan menjalani kehidupan yang sejahtera umat Khonghucu tidak merasa malu kepada leluhurnya yang sudah pergi ke “dunia lain” dan kepada keturunanya yang akan datang kelak. Apakah umat Khonghucu bisa tahan hidup dengan bekerja keras hanya didasar rasa tanggung jawab sebagai manusia? Nabi Khongcu berkata:” Apabila Tuhan tidak menginginkan kebudayaan Bun musna, apakah yang dapat dilakukan oleh Hwan Twee kepada Ku?”. Kata-kata Nabi Khongcu itu menunjukkan bahwa keberadaannya di dunia ini sebagai manusia karena diberi tugas oleh Tuhan untuk menyelamatkan kebudayaan Bun (kebudayaan Tionghoa yang sudah dibangun oleh Raja Bun). Kata-kata Nabi Khonghucu tersebut sebagai keyakinan-Nya bahwa Beliau ditugaskan oleh Tuhan, atau sebagai kata-kata untuk menenangkan murid-murid-Nya. Tentunya kedua tafsiran tersebut benar. Namun, apabila kita perhatikan sabda-sabda Nabi yang tertulis dalam Kitab Wu Jing dan Shi Su Nabi Khongcu mempunyai penghayatan yang mendalam atas penugasan Tuhan kepada Beliau di dunia ini. Dengan penghayatan yang mendalam kita baca isi kitab Zhong Yong dan Lun Yu, maka kita akan ikut merasakan perasaan Nabi Khongcu dalam menjalankan tugas dari Tuhan itu. Umat agama Khonghucu dalam sela-sela kesibukannya dapat merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh suka dan duka. Mereka dapat bercermin dari sabda-sabda Nabi Khongcu itu untuk menghayati kehidupan spiritualnya. Mereka akan merasa dan menyadari bahwa hidup mereka bukan seperti makhluk yang tersesat ke dunia ini. Mereka akan menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini direncanakan oleh Sang Pencipta. Semua benda dan manusia yang ada dalam lingkungan mereka ikut serta dalam perencanaan itu. Kata Tao (Dao) atau Jalan Suci menjadi kunci bagi umat Khonghucu untuk membuka pengalaman spiritual itu. Jalan Suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang bisa terpisah itu bukan Jalan Suci. Maka seorang Junzi (Kuncu) hati-hati teliti kepada Dia yang tidak kelihatan. Khawatir takut kepada Dia yang tidak terdengar (Zhong Yong, BU: 2).
Pada ayat di atas, kata Dia ditulis dengan huruf besar sebagai hal yang perlu diperhatikan. Yang tidak tampak dan tidak terdengar adalah objek yang perlu diperhatikan oleh orang yang menghayati kehidupan spiritual. Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang hanya memperhatikan yang tampak dan terdengar sebagai fakta objektif. Orang bisa memperhatikan yang tidak tampak dan yang tidak terdengar hanya saat dia berada dalam kesunyian sendiri, bahkan nafasnya sendiri juga tidak boleh terdengar. Hal seperti ini dapat dicapai dengan latihan yang teratur dan tekun. Pengalaman spiritual yang dirasakan oleh orang yang benar-benar sudah mengistirahatkan pikiran dan pancainderanya.
Bagi manusia, mata adalah alat untuk melihat, telinga adalah alat untuk mendengar. Apabila alat-alat pancaindera itu tidak berfungsi orangnya tidak dapat melihat dan mendengarkan apa pun. Sebaliknya, orang yang mempunyai alat pancaindera yang berfungsi baik, tetapi perhatian hatinya (kesadarannya) tidak pada tempatnya, semua yang didepannya tidak terlihat dan semua suara tidak terdengar. Tiada yang lebih tampak dari pada yang tersembunyi itu. Tiada yang lebih jelas dari pada yang terlembut itu. Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri (Zhong Yong, BU:3).
Dalam kitab Su King tertulis bahwa manusia mempunyai Ren Xin atau hati manusiawi yang dalam kerawanan, dan mempunyai hati ilahi atau dao xin yang sangat lembut. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia menggunakan ren xin-nya, dan tidak pernah menyadari bahwa dia juga memiliki hati ilahi atau dao xin. Oleh karena itu, dalam kesehariannya manusia terombang-ambing dalam puas, suka, sedih, dan marah... Kalimat:” Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri” bukan sendiri dalam arti fisik, tetapi sendiri dalam arti spiritual. Orang yang sedang berada “sendirian” yang dimaksud adalah orang itu berada bersama kesadarannya atau hatinya saja, tidak diserta yang lain. Saat seseorang dapat melepaskan semua pikirannya, semua emosinya, dan semua keinginannya itu artinya dia berada seorang diri. Dalam hal seorang diri seperti ini orang mudah tersesat.
Contohnya, orang merasa mendapatkan wangsit atau mendengar suara gaib yang menyesatkan pikirannya. Dalam agama Khonghucu ada cara untuk menguji kebenaran suara gaib, yaitu dengan mencocokkan dengan ayat-ayat dalam Kitab Suci dan mendiskusikan dengan para rohaniwan agama Khonghucu yang senior. Dalam agama Khonghucu dikenal adanya Ren Xin atau hati manusiawi, yaitu hati yang aktif pada waktu orang sadar, dan Dao Xin hati yang Suci tersembunyi atau sangat lembut. Dalam bahasa Inggris Ren Xin disebut flesly-heart, dan Dao Xin disebut Heavenly-heart. Dalam kitab Su King tertulis sebagai berikut: Ren Xin Wei Wei Dao Xin Wei Wei Wei Jing Wei Yi Yun Chi Jue Zhong
Artinya:
Hati manusiawi atau Ren Xin selalu dalam bahaya. Hati yang berada dalam Jalan Suci Tuhan atau Dao Xin sangat rahasia. Inti sarinya hanya Satu. Jangan ingkar dari tengah Ren Xin itu dikatakan rawan atau dalam bahaya karena mudah tercampur dengan nafsu, emosi, dan pikiran yang menyesatkan. Diingatkan agar orang selalu ingat tengah. Oleh Nabi Khongcu, kata tengah itu diartikan Tengah Sempurna. Kata-kata di atas diucapkan oleh Raja Shun (27 abad SM). Nabi Khongcu sebagai Nabi Penerus melengkapi ajaran para Raja Suci zaman kuna.
Dalam ilmu Jiwa Dalam dikenal istilah alam Bawah Sadar dan alam Sadar. Dao Xin bisa dikatakan alam Atas Sadar. Sedangkan alam Bawah Sadar untuk menyimpan pengalaman yang menekan perasaan, tetapi tidak dapat diungkapkan termasuk dalam Ren Xin. Misalnya, orang yang ditegur oleh atasannya, tetapi tidak berani membantah. Rasa sakit di hatinya itu akan tersimpan dalam alam Bawah Sadarnya. Suatu saat sakit hatinya yang tersimpan dalam alam Bawah Sadar itu akan terungkap dalam mimpi. Menurut Michael Newton (2007), orang bermimpi itu juga mengungkapkan pengalamannya dalam alam Atas Sadar. Alam Atas Sadar menyimpan pengalaman manusia sebelum dilahirkan ke dunia. Alam Atas Sadar itu menyimpan pengalaman roh.
Dengan demikian manusia mempunyai alam Atas Sadar yang sama dengan Dao Xin. Alam Kesadaran yang sama dengan Ren Xin, dan alam Bawah Sadar yang menyimpan pengalaman dari alam Kesadaran. Pengalaman spiritual umat Khonghucu dapat dialami oleh mereka yang menjalankan ajaran Nabi Khongcu dengan sepenuh hati. Semua pengalaman hidup ini perlu dihayati sebagai pengalaman menjalankan tugas dari Tuhan Sang Pencipta. Orang yang menjalani hidup dengan akalnya saja tanpa penghayatan akan terombang-ambing dalam susah dan senang. Orang akan merasa hebat bila rencananya berhasil, tetapi merasa susah apabila pekerjaannya gagal. Umat Khonghucu perlu memahami bahwa semua pekerjaan yang dilakukan akan berhasil apabila diijinkan oleh Tuhan. Manusia yang mengerjakan pekerjaan , Tuhan yang menentukan keberhasilannya.
Hidup dalam Tengah Sempurna yang dimaksud oleh Nabi Khongcu adalah kehidupan yang membawa keharmonisan bagi keluarga dan lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia yang sehat mempunyai emosi, bisa senang, bisa susah, bisa merasa puas, dan bisa marah, namun emosi itu masih dalam tahap terkendali. Pengalaman spiritual tidak dapat dicapai dengan bertapa atau menyiksa tubuh dengan menjalani hidup yang banyak pantangan. Orang yang kekurangan gizi akan menderita sakit, maka orang harus makan makanan yang bergizi. Orang yang kurang tidur juga akan menderita sakit, maka orang perlu cukup istirahat dan cukup tidur. Kehidupan yang menyiksa tubuh atau menahan emosi itu bukan kehidupan yang seimbang, emosi perlu disalurkan melalui kegiatan kesenian dan olah raga yang tidak melanggar kesusilaan.
Pada kutipan Kitab Su King di atas dikatakan “jangan ingkar dari tengah” Dalam Kitab Zhong Yong tertulis: ”Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara (BU:5). Ayat ini menegaskan bahwa manusia perlu menjaga keseimbangan alam Kesadarannya. Artinya, manusia dalam kehidupannya tidak masuk ke alam Atas Sadar dan tidak terseret ke dalam Bawah Sadarnya. Orang hidup tidak diperkenankan memasuki alam Atas Sadarnya dengan bertapa, atau menjalani kehidupan dengan banyak pantangan dan menekan semua hawa nafsunya serta emosinya dalam waktu tidak terbatas. Selama manusia masih hidup ia masih terikat oleh kebutuhan jasmani. Apabila manusia melakukan banyak pantangan dan menekan hawa nafsu dan emosinya itu sudah melanggar Perintah Tuhan (Tian Ming). Tuhan menciptakan manusia hidup di dunia diberi tubuh agar dapat menjalankan tugasnya. Nafsu dan emosi sebagai perlengkapan tubuh agar dapat menjaga kewarasan tubuh. Dengan kata lain, emosi dan nafsu adalah bagian daya hidup manusia. Sebaliknya, manusia yang mengumbar nafsu dan emosinya juga merusak badan karena badan mempunyai keterbatasannya.
Nabi bersabda: “Sungguh sempurna hidup dalam Tengah Sempurna. Sayang sudah lama jarang di antara rakyat yang melaksanakan” ( Zhong Yong, Bab II: 1).
Nabi Khongcu menyadari bahwa hidup dalam Tengah Sempurna tidak menarik banyak orang. Kebanyakan orang hidup mengikuti emosi dan nafsunya yang sudah dikemas dalam ambisi. Bagi manusia hidup perlu ambisi karena tanpa ambisi manusia tidak akan ada kemajuan. Akan tetapi, ambisi yang sarat dengan emosi yang tersimpan atau tersembunyi dalam alam Bawah Sadar akan merusak kehidupan itu sendiri. Orang semacam ini menjadi serakah, sobong, dan sewenang-wenang.
Dalam alam Atas Sadar tersimpan kebajikan yang mendorong orang untuk berbuat baik dan bijaksana. Hati nurani manusia adalah tempat atau ruang yang menghubungkan alam Atas Sadar dengan alam Kesadaran. Kebjikan dan kebijaksanaan yang tersimpan dalam alam Atas Sadar daoat turun ke dalam alam Kesadaran manusia apabila hati nurani itu sudah disiapkan. Dengan kata lain, hati nurani adalah ruang penghubung Dao Xin ( hati ilahi) dengan Ren Xin *hati manusiawi). Untuk memahami keadaan ini dapat dipelajari melalui latihan meditasi menurut agama Khonghucu. Dalam latihan ini tida titik tan tian disatukan dalam satu kendali alam Kesadaran. Alam Atas Sadar atau Dao Xin itu amat lembut sehingga tidak mudah disentuh oleh alam Kesadaran orang yang sibuk. Namun, alam Atas Sadar ini dapat menyampaikan pesan kepada Alam Kesadaran atau Ren Xin melalui Hati Nurani manusia yang sudah terbentuk. Hati nurani itu berada dalam wilayah alam Kesadaran atau Ren Xin, namun perlu disiapkan dan terpelihara.. Xun Zi (326-233 SM) menyebut Hati Nurani dengan istilah Lu. Wang Yang Ming (abad XVI) menyebut hati nurani dengan istilah Liang Xin.
Menurut Xun Zi, hati nurani manusia itu akan selalu aktif apabila orangnya diberi pelajaran yang benar. Ajaran Cinta Kasih atau Ren dan ajaran Kebenran atau Yi yang dikemas dalam aturan kesusilaan yang dilaksanakan secara tertib dapat menjadikan hati nurani itu selalu siap bekerja. Nilai-nilai kebajikan yang tersimpan dalam Alam Atas Sadar itu akan turun ke dalam alam Kesadaran apabila hati nurani itu sebagai wadah yang selalu siap menerimanya. Dalam gambaran Xun Zi, hati nurani itu seperti wadah atau ruang yang dapat memuat semangat kebajikan yang tersimpan dalam Dao Xin atau Alam Atas Sadar manusia. Namun, perlu diperhatikan bahwa hati nurani itu perlu dibentuk dan dirawat dengan pengajaran Ren atau Cinta Kasih, dan Yi atau kebenran, serta melaksanakan hidup susila sepanjang waktu. Hati nurani itu tidak akan aktif bila dibiarkan tanpa dirawat. Ibarat rumah kita perlu menyiapkan sebuah ruang khusus untuk menyambut tamu yang sangat kita hormati.
Wang Yang Ming mengajarkan bahwa manusia perlu mempelajari pengetahuan atau ajaran yang baik disebutnya Liang Zhi. Dari pengajaran yang baik ini orang perlu dilatih untuk melakukan perbuatan yang baik disebutnya Liang Neng. Dalam waktu lama pengajaran yang baik dan perbuatan yang baik itu akan menjadikan hati Nurani atau Ling Xin itu aktif. Orang yang tidak memperoleh pendidikan yang baik dan pelatihan untuk berbuat baik hati naraninya tidak aktif, mereka mudah berbuat kejahatan yang merugikan orang lain.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai potensi menjadi baik, dan juga mempunyai potensi menjadi jahat. Sebenarnya manusia oleh Tuhan diberi Watak Sejati yang baik yang tersimpan dalam Alam Atas Sadarnya, namun karena hati nurnai yang berada dalam Alam Kesdaran atau Ren Xin itu tidak siap menampung kebajikan itu, maka di dalam hati nurani itu tidak terisi nilai kebajikan dari alam Atas Sadar, sebaliknya tersisi dengan dendam dan keserakahan. Oleh karena itu, orang yang tidak mendapat pendidikan yang baik hidupnya dikendalikan oleh alam Bawah Sadarnya yang isinya adalah “balas dendam” terhadap “kesakitan hatinya”.
Spiritualitas dalam agama Khonghucu adalah menjalani hidup dalam Tengah Sempurna. Dengan hidup dalam Tengah Sempurna manusia tidak melanggar perintah Tuhan. Umat Khonghucu tidak perlu mempelajari berbagai keajaiban atau kesaktian karena Tuhan telah memberikan manusia daya yang luar biasa yaitu kecerdasan, Cinta Kasih, dan keteguhan hati untuk berani melaksanakan segala tugas kemanusiaan dengan menanggung segala resikonya. Pegangan hidup yang selalu diingat umat agama Khonghucu ini disebut Tri Pusaka.
Target yang akan dicapai oleh umat Khonghucu ada tiga tahap. Pertama yaitu menjadi orang yang suka belajar, atau menjadi siswa disebut Shi . Orang yang bertekad menjadi siswa yang rajin akan menjadi orang terpelajar. Tahap ke dua menjadi orang budiman atau Jun Zi ( 君 子 ). Orang yang telah berlatih menjalankan ajaran Nabi Khongcu dan melaksanakan kewajiban yang sudah ditentukan oleh agama Khonghucu dia bisa disebut Jun Zi. Tahap ke tiga yaitu menjadi Cendekiawan Khonghucu disebut Xian . Orang yang sudah mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam, sifatnya ramah tamah, tidak serakah, pekerjaannya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakat tanpa pamrih, orang ini boleh disebut Xian. Nabi Khongcu menyatakan bahwa para pejabat negara sebaiknya sudah memenuhi syarat sebagai Xian. Mereka dijamin tidak akan melakukan tindak korupsi karena mereka melihat rakyatnya makmur sudah merasa dirinya ikut makmur.
Nabi Khongcu tidak pernah membicarakan surga atau neraka bagi arwah orang yang sudah meninggal dunia. Nabi Khongcu menjelaskan ada dua macam keberanian yang perlu dimiliki oleh umat agama Khonghucu. Keberanian orang selatan yaitu berani menghadapi kesulitan hidup dengan menjaga sikap ramah-ramah. Keberanian orang utara yaitu tidur dengan memeluk senjata, memandang kematian bagai pulang ke kampung halamannya sendiri (Lun Yu). Umat agama Khonghucu yang sudah memahami penjelasan Nabi Khongcu ini tidak mengejar pahala dalam menjalankan tugas hidupnya. Manusia hidup di dunia ini karena diberi tugas oleh Tuhan. Bila sudah tiba saatnya, orang akan dipanggil pulang kembali ke asalnya oleh Tuhan untuk mempertanggungjawabkan tugasnya.
Umat Khonghucu yang sudah menjalankan tugasnya sebagai manusia dengan baik tidak usah khawatir akan mendapat hukuman dari Tuhan. Orang yang melanggar hukum di dunia akan diadili dan dihukum menurut undang-undang negara. Orang yang tidak melaksanakan perintah Tuhan akan dihukum oleh Tuhan. Bagaimana Tuhan akan menghukum manusia yang berdosa manusia tidak tahu. Nabi Khongcu juga tidak membicarakan tentang re-inkarnasi bagi orang yang sudah meninggal dunia. Namun, dapat diberikan jawaban bahwa re-inkarnasi atau tidak itu wewenang Tuhan, maka umat Khonghucu tidak mempermasalahkannya. Apabila Tuhan menghendaki roh orang yang sudah meninggal itu dapat diturunkan kembali ke dunia menjadi manusia, hal itu bisa terjadi karena Tuhanmemang maha kuasa. Dalam agama Khonghucu ada konsep Tian Ren He Yi artinya, ada hubungan yang tidak terpisahkan antara Tuhan dan manusia.
Dalam budaya Jawa ada konsep Manunggaling Kawula Gusti, mungkin ada kemiripan artinya. Dalam agama Khonghucu diajarkan bahwa manusia hidup di dunia untuk menjalankan tugas atas kehendak Tuhan, konsep ini disebut Tian Ming. Tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang ditugaskan di daerah yang tandus, penduduknya miskin, dia harus menjalani kehidupan yang berat karena lingkungan yang tidak ramah. Ada juga orang yang diberi tugas oleh Tuhan di daerah perkotaan yang ramai dan makmur. Apa pun yang ditugaskan oleh Tuhan wajib dijalani dengan senang hati dan ikhlas, itulah bukti orang beriman. Perbedaan tugas yang berbeda-beda ini bukan menunjukkan Tuhan memberi nasib yang berbeda kepada manuisa atau Tuhan tidak adil, atau karena karmanya pada kehidupan yang lalu. Tuhan memberi tugas berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kemampuan orang untuk menjalankan tugas. Orang yang kuat dan cerdas diberi tugas berat diharapkan dapat mengatasinya. Orang yang dilahirkan di daerah yang sulit itu berarti dipandang oleh Tuhan dia mempunyai kemampuan untuk menjalani hidup yang sulit. Orang yang ditugaskan di daerah yang miskin. dan dapat membantu penduduk di lingkungannya menjadi makmur dia orang yang sangat berjasa. Sebaliknya, orang yang selalu mengeluh karena merasa nasibnya tidak beruntung adalah orang yang gagal memahami ajaran agama Khonghucu. Seorang Jun Zi tidak mengeluh saat mengerjakan tugas berat, dan tidak sombong atas keberhasilannya. Dalam ajaran agama Khonghucu orang tidak dididik menjadi manusia yang kuat fisik dan rohaninya, yaitu diajarkan untuk membina diri atau Xiu Shen.
Umat agama Khonghucu dididik menjadi orang yang bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepadanya, apa lagi kalau tugas itu diberikan oleh Tuhan, Gustinya. Kawula yang baik adalah yang dapat menyelesaikan tugas dari Gustinya. Tugas manusia di dunia adalah untuk menyelamatkan kehidupan dan menegakkan Firman Tuhan, atau perintah Tuhan, dalam bahasa Tionghua disebut An Shen Li Ming . Kehidupan yang perlu diselamatkan adalah kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain, termasuk tumbuh-tumbuhan karena kehidupan manusia sangan bergantung pada makhluk hidup yang lain.