Dalam kehidupan yang demikian, tentu kita dituntut untuk berpikir praktis, pragmatis, fungsional. Seakan semua kita pikirkan dulu “fungsi” atau kegunaannya. Kita menjadi terbiasa memikir sesuatu dari untung ruginya. Beberapa pikiran yang secara tidak sadar kita kembangkan misalnya kalau bisa berkenalan dengan si A bisa beruntung dapat peluang bisnis, kalau ketemu dengan si B tidak ada untungnya. Atau kalau melakukan hal ini untungnya sedikit, tapi kalo melakukan hal itu untungnya banyak, walaupun itu melanggar “sedikit “peraturan tak masalahlah, dan lain sebagainya.
Berpikir untung dan rugi itu memandang semuanya sebagai kesatuan jumlah (barang). Prinsip ini disebut materialisme.
Celakanya pikiran-pikiran seperti ini tidak di ruang lingkup ekonomi saja. Tetapi sudah merambah ke konsep kerohanian, pendidikan, dan ruang lingkup kehidupan yang lain.
Coba anda perhatikan, bila kita berdoa atau menolong orang, apakah yang anda harapkan? Apa yang kemungkinan di ajarkan kepada anda bahwa kalau rajin menghadap Tuhan akan dapat “Pahala”. Bila menolong orang lain akan mendapat “pahala” juga. Ada juga yang mengatakan kita harus berderma agar utang dosa kita terhapus atau dikurangi.
Coba renungkanlah apakah anda selalu berpikiran model seperti itu?
Kemudian muncul pertanyaan di benak anda, harusnya bagaimana? Bukankah caranya seperti itu?
Memang caranya antara lain bisa seperti itu untuk menggampangkan saja, bila kita berpikir secara praktis dan dasar aja. Namun pemikiran seperti itu pantasnya untuk memberi pengertian kepada anak kecil.
Lalu harus bagaimana apakah yang belum kita pahami sekarang ini?
Tahukah anda, banyak kata-kata yang dilupakan dan disalah artikan orang-orang akhir-akhir ini
Untuk sederhananya bisa kita ambil 3 kata dulu saja untuk menjelaskan.
Ketulusan
Kepantasan
Kesetiaan
1. Ketulusan
Apakah yang anda pahami tentang ketulusan? Apakah anda tulus ketika sedang bekerja dikantor anda? Apakah anda tulus ketika merawat anak anda? Apakah anda tulus ketika berdoa menghadap kepadaNya? Apakah anda tulus ketika membaca artikel ini? Apakah tulus ketika saya menulis artikel ini?
Apakah ketulusan itu menurut anda? Ketulusan itu adalah melakukan sesuatu tanpa memikirkan untung ruginya. Dia melakukan itu karena sudah seharusnya begitu.
Apakah ketika anda merawat anak anda dengan berharap setelah besar nanti sang anak itu akan membalas jasanya lebih besar lagi? Semacam modal yang ditanam sekarang dan suatu hari nanti akan membuahkan hasil.
Tentu tidak seperti itu.
Cobalah luangkan waktu untuk melihat seekor kucing yang merawat anaknya dengan penuh ketulusan. Si kucing menyusui dan merawat anaknya sampai mereka cukup kuat, Setelah itu induknya pergi dan melepaskan anaknya untuk mencari hidupnya sendiri.
2. Kepantasan
Pernahkah anda berpikir bahwa anda pantas untuk mendapatkan sesuatu hal? Dan apakah anda seharusnya tidak pantas mendapatkan hal itu?
Kemudian apakah anda sudah sepantasnya melakukan hal itu atau tidak sepantasnya melakukan hal ini.
Kalau saya bilang sudah sepantasnya anda menolong saudara yang lemah atau kesusahan. Kemudian anda kebertanya: “Knapa?”
Maka saya akan jawab:” Sudah sepantasnya, karena anda lebih kuat dan mereka adalah saudara anda!” Saya tidak akan mengatakan bahwa kalau anda menolong saudara anda, maka anda akan masuk surga!
3. Kesetiaan
Setiakah anda pada pasangan anda? Setiakah anda pada keluarga anda? Setiakah anda pada Tuhan anda? Apabila anda tidak setia pada Tuhan anda, pada siapa lagi anda akan setia? Karena Tuhan hanyalah satu-satunya di Alam semesta ini.
Kalau anda setia pada pasangan anda, maka otomatis anda tidak akan selingkuh. Dan anda tentu mengunjunginya minimal 1 minggu sekali.
Begitu pula Kesetiaan dengan Tuhan. Jika anda benar-benar setia kepadaNya, maka anda akan selalu mencarinya tanpa memikirkan “pahala” yang diberikan dari Nya.
Sebarkanlah artikel ini apabila anda berkenan. Karena selain menyelamatkan fisik dunia yang sudah rusak karena ulah manusia. Yang lebih penting lagi kita juga harus menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang sudah rusak oleh pemahaman materialisme tersebut