Senin, 21 Januari 2008

Confucius, A biography

CONFUCIUS, the great Chinese sage, was born June 19th, 551 B.C. at Shang-ping, in the country of Lu. His own name was Kong, but his disciples called him Kong-fu-tse, (i.e. Kong the Master, or Teacher,) which the Jesuit missionaries Latinized into Confucius. His father died when Confucius was only three years of age, but he was very carefully brought up by his mother, Yan-she, and from his earliest years, displayed an extraordinary love of learning, and veneration for the ancient laws of his country. When only 19 Confucius married, but divorced his wife four years after marriage that he might have more lime for study and the performance of his public duties.

The death of his mother, which occurred in his 23rd year, gave occasion to the first solemn and important act of Confucius as a moral reformer. The solemnity and splendor of the burial ceremony with which he honored her remains, (an old custom which had fallen into disuse,) struck his fellow citizens with astonishment, and they determined for the future to bury their dead with the ancient honors. Their example was followed by the neighboring states, and the whole nation, except the poorest class. Confucius did not end here. He shut himself up in his house to pass in solitude the three years of mourning for his mother, the whole of which time he dedicated to philosophical study. We are told that he reflected deeply on the eternal laws of morality, traced them to their source, imbued his mind with a sense of the duties they impose indiscriminately on all men, and determined to make them the immutable rule of all his actions. Henceforth his career is only an illustration of his ethical system. He commenced to instruct his countrymen in the precepts of morality, exhibiting in his own person all the virtues he inculcated in others. Gradually his disciples increased, as the practical character of his philosophy became more apparent. His disqiples generally were not the young and enthusiastic, but men of middle age, sober, grave, respectable, and occupying important public situations. This fact throws light both on the character and design of his philsosophy. It was moral, not religious, and aimed exclusively at fitting men for conducting themselves honorably and prudently in this life.

Confucius travelled through various states, in some of which he was well received, while in others he was not much appreciated. His later wanderings were very unpropitious: state after state refused to be improved. He was in some instances persecuted; once he was imprisoned and nearly starved, and finally seeing no hope of securing the favorable attention of the mass of his countrymen while alive, he returned in extreme poverty to his native state, and spent his last years in the composition of literary works, by which posterity at least might be instructed. He died 479 B.C., in the 70th year of his age. Immediately after his death, Confucius began to be venerated and his family was distinguished by various honors and privileges. While Confucius' system is termed a religion, it ought rather to be regarded as a method of political and social life, built upon a slight foundation of philosophy. It contains no trace of a personal God, though there are indeed a number of allusions to a certain heavenly agency or power, Shang-te, whose outward emblem is Tien, or the visible firmament. Confucianism appeals to practical men. It lauds the present world and calls upon all to cultivate such virtues as are seemly in citizens - industry, modesty, sobriety, gravity, decorum and thoughtfulness. It also counsels men to take part in whatever religious services have been established of old. "There may be some meaning in them, and they may affect your welfare in a way you do not know of. And for the genii and spirits, sacrifice unto them; I have nothing to tell regarding them, whether they exist or not; but their worship is a part of an august and awful ceremonial, which a wise man will not neglect or despise." Confucianism, in consequence, almost immediately after the death of its author, became the religion of the state, to which it proved an admirable ally.

from: www.sacklunch.net

Jumat, 18 Januari 2008

Khonghucu Tentang Kesejahteraan

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Agama Khonghucu telah berkembang sejak 500 tahun SM. Sangat banyak orang yang telah menuliskan ajaran agama Khonghucu dan menguraikan berbagai bidang ajaran yang berguna bagi masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Nabi Khongcu sendiri bahwa ajaran agama itu tidak hanya membahas masalah ritual dan membahas masalah kehidupan setelah kematian. Nabi Khongcu justru menekankan perlunya memikirkan kesejahteraan manusia yang masih hidup. Menurut Nabi Khongcu masalah kematian itu seperti orang pulang ke kampung halaman sendiri. Orang akan kembali ke mana dia dahulu berasal, itulah arti kematian. Manusia datang dari Tuhan, akan kembali kepada Tuhan. Xun Zi menulis: “Kelahiran adalah pintu masuk ke dunia, kematian adalah pintu keluar dari dunia. Pada saat bayi lahir diadakan upacara penyambutan. Setelah orang tua meninggal dunia diadakan upacara perpisahan” Dalam agama Khonghucu, masalah kematian dan kehidupan setelah mati tidak dipermasalahkan karena semua itu sudah diatur oleh Tuhan. Namun .ada ajaran yang mewajibkan anak-cucu mendoakan roh orang-orang tua yang sudah meninggal sebagai wajud berbakti kepada orang tua dan leluhur. .Kewajiban hidup utama manusia adalah membina diri atau Xiu Shen. Maksudnya, memeprbaiki hidupnya dan keluarganya. Untuk itu orang perlu mempunyai penghasilan cukup besar agar dapat menghidupi keluarganya. Orang yang membina diri perlu mempunyai pekerjaan atau usaha yang terhormat dan halal disebut Xiu Shen Yi Jing Ye. Usaha yang terhormat dan halal itu artinya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat untuk masyarakat. Orang yang mempunyai kepandaian dan memperoleh pekerjaan dengan gaji cukup besar adalah pekrjaanyan terhormat. Sebaliknya, orang yang mempunyai kepandaian biasa tidak dapat memperoleh pekerjaan dengan gaji besar bisa membuka usaha sendiri. Bekerja sebagai pengusaha juga pekerjaan yang terhormat. Mempunyai pekerjaan tetap atau mempunyai usaha yang lancar diwajibkan bagi semua umat Khonghucu. Xun Zi mengajarkan, apabila orang tidak mendapat pekerjaan dan tidak dapat membuka usaha sendiri dianjurkan untuk bergabung dengan teman-temannya. Membuka usaha seorang diri memang sulit bagi kebanyakan orang, tetapi apabila beberapa orang bergabung mendirikan usaha bersama kemungkinan berhasil banyak. Usaha bersama itu dapat diwujudkan di bidang pertanian, industri, atau perdagangan. Dalam organisasi usaha bersama ini dipilih seorang pemimpin yang pandai dan dapat dipercaya. Di Jepang zaman sekarang ini 90 % perusahaan dikelola secara bersama seperti yang diajarkan oleh Xun Zi ini.

Membina diri selain dalam bentuk menbuka usaha juga mendirikan organisasi sosial guna menolong orang yang memerlukan pertolongan, konsep ini dalam bahasa Tionghua disebut Xiun Shen An Ren . Menurut Xun Zi, organisasi sosial ini diperlukan sebagai wadah membina masyarakat. Kemiskinan disebabkan oleh orang-orang tidak peduli kepada nasib orang lain. Dalam organisasi sosial yang tertib kondisi sosial-ekonomi semua anggotanya dapat diketahui oleh pimpinan organisasi tersebut. Pimpinan organisasi dapat mengatur dan merencanakan usaha untuk menolong orang miskin ini. Di Indonesia organisasi sosial yang dapat mengentaskan kemiskinan belum banyak. Menurut Xun Zi, organisasi sosial tersebut seharusnya bekerja sama dengan pemerintah. Pemerintah mempunyai tanggungjawab membantu organisasi sosial dalam usaha mengentaskan kemiskinan. Menurut Xun Zi, organisasi sosial yang rapi perlu didirikan di seluruh negara. Xun Zi menegaskan: “Jangan sampai ada seorang pun rakyat dibiarkan hidup sendirian tanpa menjadi anggota organisasi”. Organisasi seperti ini menurutnya dapat mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran hukum lainnya. Di negara maju sistem pengawasan dan pembinaan kepada rakyatnya sudah sangat sistemais karena dibantu dengan peralatan teknologi canggih. Di negara berkembang pembinaan dan pengawasan pemerintah kepada setiap individu itu sangat diperlukan, tetapi karena kurangnya tenaga profesional dan peralatan teknologi canggih sering tidak terlaksana.

Tujuan pengajaran agama Khonghucu adalah memberikan saran pemikiran untuk kesejahteraan kepada masyarakat melalui pendidikan dan pembinaan rohani. Namun, kesejahteraan masyarakat tidak cukup dengan pembinaan rohani saja. Para tokoh agama Khonghucu, seperti Xun Zi, hanya dapat menyarankan kepada pemerintah yang berwenang menyejahterakan rakyat. Pemikiran yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat terkait dengan tugas pembinaan diri, yaitu membina diri untuk membantu menyejahterakan rakyat disebut Xiu Shen Yi Bai Xing.

Xun Zi membedakan pengertian cendekiawan dan profesional. Yang dimaksud dengan profesional adalah para praktisi yang menggunakan keahliannya. Petani yang terdidik, tukang yang terdidik, para menteri, para manager perusahaan, dan para guru adalah profesional. Cendekiawan adalah para pemikir, perencana, para pejabat negara yang menentukan kebijakan negara serta pembuat undang-undang. Murid Xun Zi yang bernama Han Fei Zi (250 SM) sudah mengusulkan kekuasaan negara dibagi atas

1. pembuat undang-undang.
2. Pelaksana pemerinthan.yaitu raja dan menteri-menterinya
3. Pemegang kekuasaan pengadilan.

Sayangnya, ajaran Han Fei Zi ini kurang mendapat perhatian di Tiongkok pada zaman kerajaan. Para pembuat undang-undang yang paling tepat adalah para cendekiawan yang tidak mempunyai kepentingan pribadi atau golongan. Di dalam negara yang tidak memisahkan dengan jelas pembedaan antara cendekiawan dan profesional akan menghadapi masalah yang rumit. Kaum profesional itu lebih sesuai bekerja di lapangan sebagai pelaksana. Sedangkan kaum cendekiawan mengutamakan pengabdian kepada negara, mereka dipilih karena mempunyai kepribadian yang kuat dan tidak tamak akan harta.

Menurut Xun Zi, negara yang jumlah cendekiawannya sedikit akan menjadi lemah. Strategi pembangunan negara tidak ditentukan oleh para profesional, tetapi oleh para cendekiawan. Anggota DPR dan MPR seharusnya para cendekiawan. Para menteri adalah para profesional. Anehnya, pada zaman Orde Baru, para menteri itu menjadi anggota MPR dan membuat GBHN. Setelah kabinet terbentuk mereka berubah menjadi menteri. Dengan demikian, GBHN itu dibuat oleh orang yang sama dalam posisi yang berbeda. Sebaiknya, para anggota DPR dan MPR tetap pada posisinya dalam badan Lagislatif. Para menteri juga dipilih dari mereka yang memang profesional. Badan Legislatif diduduki oleh cendekiawan yang pandai. Badan Eksekutif dipegang oleh menteri yang profesional. Badan Yudikatif dipegang oleh orang yang bijaksana dan mempunyai rasa keadilan, dan tidak membuat keputusan yang menyakiti rasa keadilan rakyat
Manusia dalam melakukan tugasnya sehari-hari perlu didasari keyakinan spiritual yang mantap supaya tidak mudah menyerah bila menghadapi kegagalan. Menurut ajaran agama Khonghucu, orang bekerja tidak hanya mencari nafkah, yang lebih penting adalah memperoleh posisi yang terhormat dalam masyarakat. Orang yang tidak mempunyai keahlian dan pekerjaan adalah orang yang tidak mempunyai posisi yang terhormat dalam masyarakat. Apabila mereka mendatangi rumah orang lain pasti dicurigai akan minta sesuatu atau meminjam sesuatu. Dalam kenyataannya orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap banyak merugikan orang lain. Orang yang bekerja hanya untuk mencari nafkah juga kurang dihargai. Pekerja yang baik harus memperhatikan hasil kerja yang bermutu baik. Kualita hasil kerja seseorang menunjukkan kualitas pribadi orangnya. Ajaran agama Khonghucu selalu mengingatkan umatnya agar memilih pekerjaan yang benar-benar dikuasainya. Pengusaha yang menguasai bidang usahanya akan sukses, sebaliknya pengusaha yang hanya ingin mencari keuntungan akan gagal.

Agama Khonghucu banyak membahas masalah kesejahteraan hidup masyarakat karena hal itu sebagai bagian dari tujuan membina diri. Kesejahteraan hidup masyarakt juga menjadi syarat bagi orang yang kan menjalani hidup sesuai akaran agama Khonghucu. Oran yang hidupnya selalu dalam kesulitan ekonmi tidak dapat melakukan upacara sembahyang dengan perasaan senang karena perlengkapannya sembahyang tidak memadai. Dalam upacara sembahyang agama Khonghucu perlu menyiapkan dupa, lilin, buah, dan makanan. Apabila orang tidak mempunyai uang cukup dia tidak dapat membeli semua perlengkapan upacara tersebut. Perlengkapan upacara itu dapat disederhanakan apabila dalam situasi darurat, tetapi tidak dibenarkan apabila setiap kali melakukan upacara sembahyang selalu dalam situasi darurat. Situasi darurat yang dimaksud misalnya dalam situasi perang, dalam situasi bencana alam.

Agama Khonghucu Dalam Bermasyarakat Di Indonesia

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Nabi Khongcu menegaskan, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Itu artinya setiap orang wajib menjadi warga negara yang patuh kepada negara di mana saja dia menetap. Umat agama Khonghucu yang lahir di Indonesia oleh pemerintah Indonesia diberi status Kewarganegaraan Indonesia Asli, hal itu pantas disyukuri. Semua orang yang lahir di Indonesia mendapat status kewarganegaraan yang sama yaitu sebagai Warganegara Indonesia Asli. Umat agama Khonghucu Indonesia wajib menunjukkan kesetiaannya kepada negara Kesatuan Republik Indonesia dengan belajar lebih tekun dan bekerja lebih bersemangat agar masyarakat Indonesia hidup lebih sejahtera.

Nabi Khongcu menekankan kepada murid-muridnya untuk melaksankan empat hal.

a. Sejahterakan kehidupan rakyat.
b. Berikan rakyat pendidikan yang sesuai untuk membangun masa depannya.
c. Sempurnakan kehidupan rakyat dengan mengajarkan kesenian.
d. Ajaklah masyarakat untuk hidup dalam keharmonisan yang dinamis.

Umat Khonghucu di Indonesia perlu mengingat tugasnya, seprti yang ditekankan oleh Nabi Khongcu yaitu:.
1). Mendukung program pemerintah menyejahterakan kehidupan rakyat.dengan melakukan aktivitas bisnis sesuai aturan yang ada
2). Mendukung program pemerintah mencerdaskan rakyat melalui pendidikan dengan cara mendirikan sekolah.
3). Membantu menyempurnakan kehidupan rakyat dengan menggiatkan kesenian.
4). Menjaga keharmonisan yang dinamis dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara melaksanakan ajaran agama Khonghucu dan mengikuti berbagai kegiatan bersama yang diselenggarakan farum kerukuanan umat beragama.

Pada point empat di atas disebutkan istilah: keharmonisan yang dinamis yang dibedakan dengan keharmonisan yang tidak dinamis. Nabi Khongcu menjelaskan: Orang yang menyukai gunung bahagia, orang yang menyukai air bijaksana. Gunung menggambarkan sesuatu yang tenang tidak cepat berubah, air menggambarkan segala sesuatu yang mudah bergerak dan mudah berubah. Banyak orang menafsirkan kata menyukai air dengan tinggal di daerah pantai. Mereka mengartikan tinggal di derah pantai lebih cepat membawa keuntungan secara ekonomi. Kota pantai memang relatif lebih cepat berkembang dari pada kota pedalaman Sebaliknya, orang yang tinggal di pegunungan lebih tenang, lebih sejuk udaranya dan lebih nyaman, Zaman sekarang banyak orang membangun tempat peristirahatan di pegunungan.

Air dapat diartikan sebagai keharmonisan yang dinamis. Air itu cepat berubah bentuk dan mudah digerakkan. Masyarakat akan maju kehidupannya apabila dinamis.Masyarakatnya cepat bertindak dalam menanggapi perubahan situasi. Dalam masyarakat yang dinamis mungkin terjadi banyak gesekan yang menimbulkan masalah, tetapi hal itu perlu bagi kemajuan masyarakat itu sendiri. Gesekan-gesekan yang muncul dalam masyarakat perlu segera dinetralisir agar situasi menjadi tengan kembali. Ibarat air laut, setelah ombaknya pergi air itu tenang kembali.

Pengalaman Spiritual Umat Agama Khonghucu

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Agama Khonghucu menekankan kepada umatnya untuk menjalankan tugas kewajibannya sehari-hari dengan penuh tanggung jawab. Setiap hari umat Khonghucu wajib bekerja dan belajar agar kualitas hidupnya selalu meningkat sebagai pelaksanaan dari membina diri atau xiu shen. Umat Khonghucu selalu bekerja keras, seakan-akan bila hari ini tidak bekerja keras besok tidak ada nasi untuk dimakan oleh anggota keluarganya. Kerja keras umat Khonghucu ini didasari oleh tanggung jawabnya sebagai manusia atau karena ada harapan yang menanti di masa depan. Umat khonghucu akan mendapatkan materi yang cukup untuk menjalani kehidupan yang sejahtera apabila mereka bekerja keras. Dengan menjalani kehidupan yang sejahtera umat Khonghucu tidak merasa malu kepada leluhurnya yang sudah pergi ke “dunia lain” dan kepada keturunanya yang akan datang kelak. Apakah umat Khonghucu bisa tahan hidup dengan bekerja keras hanya didasar rasa tanggung jawab sebagai manusia? Nabi Khongcu berkata:” Apabila Tuhan tidak menginginkan kebudayaan Bun musna, apakah yang dapat dilakukan oleh Hwan Twee kepada Ku?”. Kata-kata Nabi Khongcu itu menunjukkan bahwa keberadaannya di dunia ini sebagai manusia karena diberi tugas oleh Tuhan untuk menyelamatkan kebudayaan Bun (kebudayaan Tionghoa yang sudah dibangun oleh Raja Bun). Kata-kata Nabi Khonghucu tersebut sebagai keyakinan-Nya bahwa Beliau ditugaskan oleh Tuhan, atau sebagai kata-kata untuk menenangkan murid-murid-Nya. Tentunya kedua tafsiran tersebut benar. Namun, apabila kita perhatikan sabda-sabda Nabi yang tertulis dalam Kitab Wu Jing dan Shi Su Nabi Khongcu mempunyai penghayatan yang mendalam atas penugasan Tuhan kepada Beliau di dunia ini. Dengan penghayatan yang mendalam kita baca isi kitab Zhong Yong dan Lun Yu, maka kita akan ikut merasakan perasaan Nabi Khongcu dalam menjalankan tugas dari Tuhan itu. Umat agama Khonghucu dalam sela-sela kesibukannya dapat merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh suka dan duka. Mereka dapat bercermin dari sabda-sabda Nabi Khongcu itu untuk menghayati kehidupan spiritualnya. Mereka akan merasa dan menyadari bahwa hidup mereka bukan seperti makhluk yang tersesat ke dunia ini. Mereka akan menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini direncanakan oleh Sang Pencipta. Semua benda dan manusia yang ada dalam lingkungan mereka ikut serta dalam perencanaan itu. Kata Tao (Dao) atau Jalan Suci menjadi kunci bagi umat Khonghucu untuk membuka pengalaman spiritual itu. Jalan Suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang bisa terpisah itu bukan Jalan Suci. Maka seorang Junzi (Kuncu) hati-hati teliti kepada Dia yang tidak kelihatan. Khawatir takut kepada Dia yang tidak terdengar (Zhong Yong, BU: 2).
Pada ayat di atas, kata Dia ditulis dengan huruf besar sebagai hal yang perlu diperhatikan. Yang tidak tampak dan tidak terdengar adalah objek yang perlu diperhatikan oleh orang yang menghayati kehidupan spiritual. Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang hanya memperhatikan yang tampak dan terdengar sebagai fakta objektif. Orang bisa memperhatikan yang tidak tampak dan yang tidak terdengar hanya saat dia berada dalam kesunyian sendiri, bahkan nafasnya sendiri juga tidak boleh terdengar. Hal seperti ini dapat dicapai dengan latihan yang teratur dan tekun. Pengalaman spiritual yang dirasakan oleh orang yang benar-benar sudah mengistirahatkan pikiran dan pancainderanya.

Bagi manusia, mata adalah alat untuk melihat, telinga adalah alat untuk mendengar. Apabila alat-alat pancaindera itu tidak berfungsi orangnya tidak dapat melihat dan mendengarkan apa pun. Sebaliknya, orang yang mempunyai alat pancaindera yang berfungsi baik, tetapi perhatian hatinya (kesadarannya) tidak pada tempatnya, semua yang didepannya tidak terlihat dan semua suara tidak terdengar. Tiada yang lebih tampak dari pada yang tersembunyi itu. Tiada yang lebih jelas dari pada yang terlembut itu. Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri (Zhong Yong, BU:3).

Dalam kitab Su King tertulis bahwa manusia mempunyai Ren Xin atau hati manusiawi yang dalam kerawanan, dan mempunyai hati ilahi atau dao xin yang sangat lembut. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia menggunakan ren xin-nya, dan tidak pernah menyadari bahwa dia juga memiliki hati ilahi atau dao xin. Oleh karena itu, dalam kesehariannya manusia terombang-ambing dalam puas, suka, sedih, dan marah... Kalimat:” Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri” bukan sendiri dalam arti fisik, tetapi sendiri dalam arti spiritual. Orang yang sedang berada “sendirian” yang dimaksud adalah orang itu berada bersama kesadarannya atau hatinya saja, tidak diserta yang lain. Saat seseorang dapat melepaskan semua pikirannya, semua emosinya, dan semua keinginannya itu artinya dia berada seorang diri. Dalam hal seorang diri seperti ini orang mudah tersesat.

Contohnya, orang merasa mendapatkan wangsit atau mendengar suara gaib yang menyesatkan pikirannya. Dalam agama Khonghucu ada cara untuk menguji kebenaran suara gaib, yaitu dengan mencocokkan dengan ayat-ayat dalam Kitab Suci dan mendiskusikan dengan para rohaniwan agama Khonghucu yang senior. Dalam agama Khonghucu dikenal adanya Ren Xin atau hati manusiawi, yaitu hati yang aktif pada waktu orang sadar, dan Dao Xin hati yang Suci tersembunyi atau sangat lembut. Dalam bahasa Inggris Ren Xin disebut flesly-heart, dan Dao Xin disebut Heavenly-heart. Dalam kitab Su King tertulis sebagai berikut: Ren Xin Wei Wei Dao Xin Wei Wei Wei Jing Wei Yi Yun Chi Jue Zhong

Artinya:
Hati manusiawi atau Ren Xin selalu dalam bahaya. Hati yang berada dalam Jalan Suci Tuhan atau Dao Xin sangat rahasia. Inti sarinya hanya Satu. Jangan ingkar dari tengah Ren Xin itu dikatakan rawan atau dalam bahaya karena mudah tercampur dengan nafsu, emosi, dan pikiran yang menyesatkan. Diingatkan agar orang selalu ingat tengah. Oleh Nabi Khongcu, kata tengah itu diartikan Tengah Sempurna. Kata-kata di atas diucapkan oleh Raja Shun (27 abad SM). Nabi Khongcu sebagai Nabi Penerus melengkapi ajaran para Raja Suci zaman kuna.

Dalam ilmu Jiwa Dalam dikenal istilah alam Bawah Sadar dan alam Sadar. Dao Xin bisa dikatakan alam Atas Sadar. Sedangkan alam Bawah Sadar untuk menyimpan pengalaman yang menekan perasaan, tetapi tidak dapat diungkapkan termasuk dalam Ren Xin. Misalnya, orang yang ditegur oleh atasannya, tetapi tidak berani membantah. Rasa sakit di hatinya itu akan tersimpan dalam alam Bawah Sadarnya. Suatu saat sakit hatinya yang tersimpan dalam alam Bawah Sadar itu akan terungkap dalam mimpi. Menurut Michael Newton (2007), orang bermimpi itu juga mengungkapkan pengalamannya dalam alam Atas Sadar. Alam Atas Sadar menyimpan pengalaman manusia sebelum dilahirkan ke dunia. Alam Atas Sadar itu menyimpan pengalaman roh.

Dengan demikian manusia mempunyai alam Atas Sadar yang sama dengan Dao Xin. Alam Kesadaran yang sama dengan Ren Xin, dan alam Bawah Sadar yang menyimpan pengalaman dari alam Kesadaran. Pengalaman spiritual umat Khonghucu dapat dialami oleh mereka yang menjalankan ajaran Nabi Khongcu dengan sepenuh hati. Semua pengalaman hidup ini perlu dihayati sebagai pengalaman menjalankan tugas dari Tuhan Sang Pencipta. Orang yang menjalani hidup dengan akalnya saja tanpa penghayatan akan terombang-ambing dalam susah dan senang. Orang akan merasa hebat bila rencananya berhasil, tetapi merasa susah apabila pekerjaannya gagal. Umat Khonghucu perlu memahami bahwa semua pekerjaan yang dilakukan akan berhasil apabila diijinkan oleh Tuhan. Manusia yang mengerjakan pekerjaan , Tuhan yang menentukan keberhasilannya.

Hidup dalam Tengah Sempurna yang dimaksud oleh Nabi Khongcu adalah kehidupan yang membawa keharmonisan bagi keluarga dan lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia yang sehat mempunyai emosi, bisa senang, bisa susah, bisa merasa puas, dan bisa marah, namun emosi itu masih dalam tahap terkendali. Pengalaman spiritual tidak dapat dicapai dengan bertapa atau menyiksa tubuh dengan menjalani hidup yang banyak pantangan. Orang yang kekurangan gizi akan menderita sakit, maka orang harus makan makanan yang bergizi. Orang yang kurang tidur juga akan menderita sakit, maka orang perlu cukup istirahat dan cukup tidur. Kehidupan yang menyiksa tubuh atau menahan emosi itu bukan kehidupan yang seimbang, emosi perlu disalurkan melalui kegiatan kesenian dan olah raga yang tidak melanggar kesusilaan.

Pada kutipan Kitab Su King di atas dikatakan “jangan ingkar dari tengah” Dalam Kitab Zhong Yong tertulis: ”Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara (BU:5). Ayat ini menegaskan bahwa manusia perlu menjaga keseimbangan alam Kesadarannya. Artinya, manusia dalam kehidupannya tidak masuk ke alam Atas Sadar dan tidak terseret ke dalam Bawah Sadarnya. Orang hidup tidak diperkenankan memasuki alam Atas Sadarnya dengan bertapa, atau menjalani kehidupan dengan banyak pantangan dan menekan semua hawa nafsunya serta emosinya dalam waktu tidak terbatas. Selama manusia masih hidup ia masih terikat oleh kebutuhan jasmani. Apabila manusia melakukan banyak pantangan dan menekan hawa nafsu dan emosinya itu sudah melanggar Perintah Tuhan (Tian Ming). Tuhan menciptakan manusia hidup di dunia diberi tubuh agar dapat menjalankan tugasnya. Nafsu dan emosi sebagai perlengkapan tubuh agar dapat menjaga kewarasan tubuh. Dengan kata lain, emosi dan nafsu adalah bagian daya hidup manusia. Sebaliknya, manusia yang mengumbar nafsu dan emosinya juga merusak badan karena badan mempunyai keterbatasannya.

Nabi bersabda: “Sungguh sempurna hidup dalam Tengah Sempurna. Sayang sudah lama jarang di antara rakyat yang melaksanakan” ( Zhong Yong, Bab II: 1).
Nabi Khongcu menyadari bahwa hidup dalam Tengah Sempurna tidak menarik banyak orang. Kebanyakan orang hidup mengikuti emosi dan nafsunya yang sudah dikemas dalam ambisi. Bagi manusia hidup perlu ambisi karena tanpa ambisi manusia tidak akan ada kemajuan. Akan tetapi, ambisi yang sarat dengan emosi yang tersimpan atau tersembunyi dalam alam Bawah Sadar akan merusak kehidupan itu sendiri. Orang semacam ini menjadi serakah, sobong, dan sewenang-wenang.

Dalam alam Atas Sadar tersimpan kebajikan yang mendorong orang untuk berbuat baik dan bijaksana. Hati nurani manusia adalah tempat atau ruang yang menghubungkan alam Atas Sadar dengan alam Kesadaran. Kebjikan dan kebijaksanaan yang tersimpan dalam alam Atas Sadar daoat turun ke dalam alam Kesadaran manusia apabila hati nurani itu sudah disiapkan. Dengan kata lain, hati nurani adalah ruang penghubung Dao Xin ( hati ilahi) dengan Ren Xin *hati manusiawi). Untuk memahami keadaan ini dapat dipelajari melalui latihan meditasi menurut agama Khonghucu. Dalam latihan ini tida titik tan tian disatukan dalam satu kendali alam Kesadaran. Alam Atas Sadar atau Dao Xin itu amat lembut sehingga tidak mudah disentuh oleh alam Kesadaran orang yang sibuk. Namun, alam Atas Sadar ini dapat menyampaikan pesan kepada Alam Kesadaran atau Ren Xin melalui Hati Nurani manusia yang sudah terbentuk. Hati nurani itu berada dalam wilayah alam Kesadaran atau Ren Xin, namun perlu disiapkan dan terpelihara.. Xun Zi (326-233 SM) menyebut Hati Nurani dengan istilah Lu. Wang Yang Ming (abad XVI) menyebut hati nurani dengan istilah Liang Xin.

Menurut Xun Zi, hati nurani manusia itu akan selalu aktif apabila orangnya diberi pelajaran yang benar. Ajaran Cinta Kasih atau Ren dan ajaran Kebenran atau Yi yang dikemas dalam aturan kesusilaan yang dilaksanakan secara tertib dapat menjadikan hati nurani itu selalu siap bekerja. Nilai-nilai kebajikan yang tersimpan dalam Alam Atas Sadar itu akan turun ke dalam alam Kesadaran apabila hati nurani itu sebagai wadah yang selalu siap menerimanya. Dalam gambaran Xun Zi, hati nurani itu seperti wadah atau ruang yang dapat memuat semangat kebajikan yang tersimpan dalam Dao Xin atau Alam Atas Sadar manusia. Namun, perlu diperhatikan bahwa hati nurani itu perlu dibentuk dan dirawat dengan pengajaran Ren atau Cinta Kasih, dan Yi atau kebenran, serta melaksanakan hidup susila sepanjang waktu. Hati nurani itu tidak akan aktif bila dibiarkan tanpa dirawat. Ibarat rumah kita perlu menyiapkan sebuah ruang khusus untuk menyambut tamu yang sangat kita hormati.

Wang Yang Ming mengajarkan bahwa manusia perlu mempelajari pengetahuan atau ajaran yang baik disebutnya Liang Zhi. Dari pengajaran yang baik ini orang perlu dilatih untuk melakukan perbuatan yang baik disebutnya Liang Neng. Dalam waktu lama pengajaran yang baik dan perbuatan yang baik itu akan menjadikan hati Nurani atau Ling Xin itu aktif. Orang yang tidak memperoleh pendidikan yang baik dan pelatihan untuk berbuat baik hati naraninya tidak aktif, mereka mudah berbuat kejahatan yang merugikan orang lain.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai potensi menjadi baik, dan juga mempunyai potensi menjadi jahat. Sebenarnya manusia oleh Tuhan diberi Watak Sejati yang baik yang tersimpan dalam Alam Atas Sadarnya, namun karena hati nurnai yang berada dalam Alam Kesdaran atau Ren Xin itu tidak siap menampung kebajikan itu, maka di dalam hati nurani itu tidak terisi nilai kebajikan dari alam Atas Sadar, sebaliknya tersisi dengan dendam dan keserakahan. Oleh karena itu, orang yang tidak mendapat pendidikan yang baik hidupnya dikendalikan oleh alam Bawah Sadarnya yang isinya adalah “balas dendam” terhadap “kesakitan hatinya”.

Spiritualitas dalam agama Khonghucu adalah menjalani hidup dalam Tengah Sempurna. Dengan hidup dalam Tengah Sempurna manusia tidak melanggar perintah Tuhan. Umat Khonghucu tidak perlu mempelajari berbagai keajaiban atau kesaktian karena Tuhan telah memberikan manusia daya yang luar biasa yaitu kecerdasan, Cinta Kasih, dan keteguhan hati untuk berani melaksanakan segala tugas kemanusiaan dengan menanggung segala resikonya. Pegangan hidup yang selalu diingat umat agama Khonghucu ini disebut Tri Pusaka.

Target yang akan dicapai oleh umat Khonghucu ada tiga tahap. Pertama yaitu menjadi orang yang suka belajar, atau menjadi siswa disebut Shi . Orang yang bertekad menjadi siswa yang rajin akan menjadi orang terpelajar. Tahap ke dua menjadi orang budiman atau Jun Zi ( 君 子 ). Orang yang telah berlatih menjalankan ajaran Nabi Khongcu dan melaksanakan kewajiban yang sudah ditentukan oleh agama Khonghucu dia bisa disebut Jun Zi. Tahap ke tiga yaitu menjadi Cendekiawan Khonghucu disebut Xian . Orang yang sudah mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam, sifatnya ramah tamah, tidak serakah, pekerjaannya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakat tanpa pamrih, orang ini boleh disebut Xian. Nabi Khongcu menyatakan bahwa para pejabat negara sebaiknya sudah memenuhi syarat sebagai Xian. Mereka dijamin tidak akan melakukan tindak korupsi karena mereka melihat rakyatnya makmur sudah merasa dirinya ikut makmur.

Nabi Khongcu tidak pernah membicarakan surga atau neraka bagi arwah orang yang sudah meninggal dunia. Nabi Khongcu menjelaskan ada dua macam keberanian yang perlu dimiliki oleh umat agama Khonghucu. Keberanian orang selatan yaitu berani menghadapi kesulitan hidup dengan menjaga sikap ramah-ramah. Keberanian orang utara yaitu tidur dengan memeluk senjata, memandang kematian bagai pulang ke kampung halamannya sendiri (Lun Yu). Umat agama Khonghucu yang sudah memahami penjelasan Nabi Khongcu ini tidak mengejar pahala dalam menjalankan tugas hidupnya. Manusia hidup di dunia ini karena diberi tugas oleh Tuhan. Bila sudah tiba saatnya, orang akan dipanggil pulang kembali ke asalnya oleh Tuhan untuk mempertanggungjawabkan tugasnya.

Umat Khonghucu yang sudah menjalankan tugasnya sebagai manusia dengan baik tidak usah khawatir akan mendapat hukuman dari Tuhan. Orang yang melanggar hukum di dunia akan diadili dan dihukum menurut undang-undang negara. Orang yang tidak melaksanakan perintah Tuhan akan dihukum oleh Tuhan. Bagaimana Tuhan akan menghukum manusia yang berdosa manusia tidak tahu. Nabi Khongcu juga tidak membicarakan tentang re-inkarnasi bagi orang yang sudah meninggal dunia. Namun, dapat diberikan jawaban bahwa re-inkarnasi atau tidak itu wewenang Tuhan, maka umat Khonghucu tidak mempermasalahkannya. Apabila Tuhan menghendaki roh orang yang sudah meninggal itu dapat diturunkan kembali ke dunia menjadi manusia, hal itu bisa terjadi karena Tuhanmemang maha kuasa. Dalam agama Khonghucu ada konsep Tian Ren He Yi artinya, ada hubungan yang tidak terpisahkan antara Tuhan dan manusia.

Dalam budaya Jawa ada konsep Manunggaling Kawula Gusti, mungkin ada kemiripan artinya. Dalam agama Khonghucu diajarkan bahwa manusia hidup di dunia untuk menjalankan tugas atas kehendak Tuhan, konsep ini disebut Tian Ming. Tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang ditugaskan di daerah yang tandus, penduduknya miskin, dia harus menjalani kehidupan yang berat karena lingkungan yang tidak ramah. Ada juga orang yang diberi tugas oleh Tuhan di daerah perkotaan yang ramai dan makmur. Apa pun yang ditugaskan oleh Tuhan wajib dijalani dengan senang hati dan ikhlas, itulah bukti orang beriman. Perbedaan tugas yang berbeda-beda ini bukan menunjukkan Tuhan memberi nasib yang berbeda kepada manuisa atau Tuhan tidak adil, atau karena karmanya pada kehidupan yang lalu. Tuhan memberi tugas berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kemampuan orang untuk menjalankan tugas. Orang yang kuat dan cerdas diberi tugas berat diharapkan dapat mengatasinya. Orang yang dilahirkan di daerah yang sulit itu berarti dipandang oleh Tuhan dia mempunyai kemampuan untuk menjalani hidup yang sulit. Orang yang ditugaskan di daerah yang miskin. dan dapat membantu penduduk di lingkungannya menjadi makmur dia orang yang sangat berjasa. Sebaliknya, orang yang selalu mengeluh karena merasa nasibnya tidak beruntung adalah orang yang gagal memahami ajaran agama Khonghucu. Seorang Jun Zi tidak mengeluh saat mengerjakan tugas berat, dan tidak sombong atas keberhasilannya. Dalam ajaran agama Khonghucu orang tidak dididik menjadi manusia yang kuat fisik dan rohaninya, yaitu diajarkan untuk membina diri atau Xiu Shen.

Umat agama Khonghucu dididik menjadi orang yang bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepadanya, apa lagi kalau tugas itu diberikan oleh Tuhan, Gustinya. Kawula yang baik adalah yang dapat menyelesaikan tugas dari Gustinya. Tugas manusia di dunia adalah untuk menyelamatkan kehidupan dan menegakkan Firman Tuhan, atau perintah Tuhan, dalam bahasa Tionghua disebut An Shen Li Ming . Kehidupan yang perlu diselamatkan adalah kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain, termasuk tumbuh-tumbuhan karena kehidupan manusia sangan bergantung pada makhluk hidup yang lain.