Rabu, 06 Agustus 2008

Saat Kelahiran Nabi

Malam suci tanggal 27 Pik Gwee (ada yang menghitung bertepatan dengan tanggal 3 Oktober, ada yang menetapkan tanggal 27 September) 551 SM, lahirlah Nabi Khongcu di dunia yang sudah lama menantikannya itu. Pada malam itu saat menjelang kelahiran muncullah dua ekor naga berjaga-jaga di antara gunung-gunung dekat bangunan tua di lembah Khong Song, tempat kelahirannya. Tidak lama kemudian nampak dari jauh terbang turun 5 orang malaikat tua, mereka turun langsung menuju ke halaman rumah dan bersama berjalan masuk ke serambi rumah. Mereka datang untuk menyambut dan mengabarkan datangnya Sang Bok Tok, Genta Rokhani Tuhan Yang Maha Esa, yang kelak akan membawakan perubahan dalam peradaban manusia : Hidup menempuh Jalan Suci, menggemilangkan Kebajikan dan menegakkan Firman Tuhan di dalam hidupnya. Sungguh hari yang mulia ini penuh arti dan tidak dapat dilupakan bagi umat yang beriman kepadanya.

Menurut Kitab Pek Hauw Tong / Diskusi Umum Balairung Harimau Putih, yang merupakan Lembaga Pengkajian Ji Kau Jaman Dinasti Han; terbitan tahun 79, terdapat
Kam Sing yaitu tanda-tanda gaib yang menyertai kelahiran Nabi dan menyatakan bahwa kelahirannya di dunia ini memang rencana agung Tuhan YME. Dalam Kitab Tang Ciu Liat Kok Ci Bab 78, disebutkan terdapat tiga tanda yang menjadi Kam Sing Nabi Khongcu :


1. Pada masa berdoa yang dilakukan Ibu Tin Cay untuk memohon pada Thian agar dikaruniai seorang putra, suatu hari beliau mendapat penglihatan ditemui malaikat Bintang Utara yang membawakan berita kelahiran Nabi dengan berkata,”Engkau akan melahirkan seorang putra yang Nabi dan bersiaplah untuk melahirkannya di Khong Song”.



2. Ketika kandungan Ibu Tin Cay makin tua, ketika berada di pendapa rumahnya beliau beroleh penglihatan gaib, di kunjungi lima orang yang mengaku sebagai Sari Lima Bintang sambil menuntun Kilin. Setelah berada di hadapan Ibu Tin Cay, Kilin berlutut dan dari mulutnya disemburkan sebuah Buku Batu Kumala / Giok Su yang bertuliskan “Putra Air Suci akan datang untuk melanjutkan Maha Karya Dinasti Ciu dengan menjadi Raja Tanpa Mahkota / Souw Ong”.




3. Pada malam dimana sang bayi lahir, nampaklah 2 ekor Naga datang dan menjaga di kanan-kiri atap Goa Khong Song, di angkasa terdengar musik merdu bergema, lalu terdapat dua bidadari menuangkan wewangian. Setelah sang bayi lahir, muncul sumber air hangat yang jernih dari Bumi, kemudian lantai-lantai Goa Khong Song kembali kering setelah sang bayi dimandikan. Pada tubuh sang bayi nampak tanda-tanda gaib yang luar biasa, seakan-akan terlihat di dadanya terdapat untaian lima huruf kaligrafi : Ci Cok Ting Si Hu yang bermakna : “Yang akan menetapkan Hukum Abadi dan membawakan Damai bagi dunia”.
Demikianlah Simbol-Simbol Gaib / Kam Sing yang menyertai kelahiran Nabi Khongcu ke dunia ini.

Saudara-Saudara Ku mengapa kalian nampak bermuram durja? Sudah lama dunia ingkar dari Jalan Suci, kini Tuhan menjadikan Guru (Nabi Khongcu) selaku Bok Tok (Genta Rokhani) Nya. (Lun Gi III: 24). Memang Tuhan telah mengutusNya sebagai Nabi. (Lun Gi IX: 6)

Kitab-Kitab Suci Agama Khong Hu Cu

Kitab Suci Agama Khonghucu atau Ji Kau, pada mulanya merupakan kumpulan kitab yang terdiri dari 13 kitab, sehingga disebut SIP SHA KING / Shi San Jing / Tiga Belas Untaian Kitab. Terdiri dari :
1. Ya King / Yi Jing / I Ching ( Kitab Perubahan )
2. Su King / Shu Jing ( Kitab Hikayat )
3. Sie King / Shi Jing ( Kitab Sanjak )
4. Ciu Lee / Zhou Li ( Kitab Kesusilaan )
5. Gie Lee / Yi Li ( Kitab Kesusilaan & Peribadahan )
atau disebut juga Lee Ko King / Li Gu Jing ( Kitab Adat Istiadat Kuno )
6. Lee Ki / Li Ji ( Catatan Kesusilaan )
7. Chun Chiu Co Twan / Chun Qiu Zuo Zhuan
( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Zuo Qiu Ming )
8. Chun Chiu Kong Yang Twan / Chun Qiu Gong Yang Zhuan
( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Gong Yang Gau )
9. Chun Chiu Kok Liang Twan / Chun Qiu Gu Liang Zhuan
( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Gu Liang Chi )
10. Lun Gi / Lun Yu ( Kitab Sabda Suci )
11. Hauw King / Xiau Jing ( Kitab Bhakti )
12. Ji Nge / Er Ya ( Kitab Logat )
13. Bingcu / Meng Zi ( Kitab Bingcu )

Kemudian Cu Hi / Zhu Xi (1130 – 1200 M ) – seorang tokoh Dinasti Song – memilahnya menjadi :
A. NGO KING / WU JING / LIMA UNTAIAN / HIMPUNAN KITAB
Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu.
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
1. SIE KING / SHI JING / KITAB SAJAK
Disebut pula Pa King / Pa Jing / Kitab Kuncup Bunga
Didalamnya kita dapati bagaimana iman terhadap Thian / Tuhan diagungkan.
Terdiri dari 39.222 huruf.
Dirintis oleh Ki Tan atau Ciu Kong Tan.
Sajak-sajaknya adalah: Hong ( Nyanyian Rakyat ), Hut ( Cerita ), Pi ( Perumpamaan ), Hien ( Sindiran / Sanjungan ), Nge ( Pujian ), Siong ( Pemujaan / Puja ).
Nabi Khongcu menghimpun 3000-an sajak, tetapi hanya 311 buah sajak saja yang diambil. Kini hanya tinggal 305 buah sanjak, karena 6 buah sajak ( no. 171, 172, 173, 174, 206, 209 ) telah hilang.
Sajak yang tertua dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, yang termuda dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
- Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat
15 Buku 160 Sajak
- Siu Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
- Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
- Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan
3 Buku 40 Sajak


Setelah terjadi pembakaran Kitab-Kitab oleh Chien Sie Ong / Chin Shi Huang, para cedekia di Jaman Dinasti Han mengumpulkan sajak-sajak yang tercecer. Ada beberapa macam Kitab Sajak yang berhasil dihimpun oleh mereka. Yaitu:
1. Lo Sie / Lu Shi, Sie King dari Negeri Lo.
Susunan Sien Pwee atau Sien Kong / Shen Gong pada Jaman Han Bu Tee ( 140-87 SM ). Sien Pwee memperolehnya dari Hau Kiu Poo ( Negeri Cee ), guru Khong An Kok / Kong An Guo, keturunan Nabi Khongcu, tokoh aliran kuno.
2. Cee Sie / Qi Shi, Sie King dari Negeri Cee.
Susunan Wan Gong / Yan Gong, pada jaman Han King Tee ( 156-141 SM ), hidup sampai jaman Han Bu Tee dalam usia lebih dari 90 tahun. Murid terkenal Heho Sicong.
3. Han Sie / Han Shi, Sie King dari Negeri Han.
Disusun oleh Han Ing / Han Ying, orang Negeri Yan pada jaman Han Bu Tee ( 179-157 SM ).
4. Mo Sie / Mau Shi, Sie King orang Negeri Mo.
Disusun oleh Mo Hing / Mau Heng, orang negeri Lo.
Dilanjutkan oleh Mo Tiang / Mau Chang.
Inilah Sie King yang terkenal sampai sekarang. Disamping lestari, juga dipercaya keasliannya.
Sam Jie King Cu Kai Pwee Yau – Kitab Tiga Huruf – menyebut versi ini :
Khongcu ® Cu Kong ® Lo Sien ® Kwie Khok ® Bing Tiongcu ® Khien Locu ® Sun Khing / Suncu ® orang Dinasti Han ® Mo Hing & Mo Tiang.

2. SU KING / Shu Jing / Kitab Hikayat
Merupakan kitab dokumentasi sejarah suci.
Disebut juga Sio Si / Shang Shu / Kitab Mulia dan Cai King / Zai Jing / Kitab Tarikh / Buku Jaman dan Piet King / Bi Jing / Kitab Tembok.
Disebut Kitab Tembok karena berhasil dilestarikan oleh karena adanya penemuan kitab ini di dalam dinding rumah keluarga Nabi Khongcu. Dan Khong An Kok adalah keturunan Nabi Khongcu yang pada waktu itu mendapat perintah dari Raja Han Bu Tee untuk mengkonsolidasikannya.
Kitab ini disusun oleh Nabi Khongcu dari Jaman Tong Giau (2357 – 2255 SM ) sampai Raja Muda Chien Bok Kong pada jaman Raja Ciu Siang Ong ( 651 – 618 SM ).
Bagaimana Nabi Khongcu membukukannya, tersurat di dalam Tiong Yong XXVII dan Lun Gi II:9.
Su King terdiri dari 25.700 huruf, tersisa 58 Bab.
Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu :
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun ( 2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He ( 2205 – 1766 SM ).
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM ).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Ciu ( 1122-255 SM ).

3. YA KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan.
Nama lainnya adalah Kitab Hie King / Yi Jing / Kitab Tanda-Tanda atau Simbol. Terdiri dari 24.707 huruf.
Merupakan Kitab Super yang universal. Banyak hal tersembunyi dalam tanda-tanda dan simbolnya yang ajaib dan gaib.
Dalam sejarahnya, Kitab ini paling utuh, bahkan Chien Sie Ong pun tidak mengganggu.
Kitab ini tentang Tuhan, Bu Kik, Tay Kik, Im Yang, Pat Kwa yang dimulai dari Nabi Purba Hok Hie.
Dalam bentuk awal, ini sama dengan diagram Pat Kwa, yang terdiri dari trigram kombinasi -- dan - - yang merupakan 8 trigam, dimana bila didrive menjadi 64 hexagram.
Ini disempurnakan dengan memberi teks pada :
- Tiap Kwa yang disebut : Thwan oleh Bun Ong.
- Tiap Ngau yang disebut : Ciang oleh Ciu Kong.
Kitab Ya King ini digenapkan dalam tafsir pengertian / penjabaran dan penjelasan / uraian yang disebut : Sip Ik / Shi Yi oleh Nabi Khongcu.

4. LEE KING / Li Jing / Kitab Kesusilaan.
Juga disebut dengan Tay King / Dai Jing / kumpulan orang Marga Tay.
Terdiri dari 99.020 huruf.
Sebenarnya oleh Nabi Khongcu dipilih menjadi 3 bagian, yaitu :
· CIU LEE / Zhou Li / Kitab Kesusilaan Dinasti Ciu.
Merupakan susunan Nabi Ciu Kong Tan.
Di dalamnya terdapat uraian tentang Liok Kwan / Liu Guan / Enam Departemen, yang merupakan Aturan Tata Negara Dinasti Ciu.
Pada jaman Kerajaan Han, disebut juga sebagai Ciu Kwan / Zhou Guan yang sebelumnya dikenal sebagai Ciu Kwan Lee / Zhou Guan Lie.

· GI LEE / Yi Li / Kitab Kesusilaan dan Peribadahan.
Merupakan Kitab Adat Istiadat, disusun oleh Ciu Kong Tan.
Berisi tata agama dan tata laksana peribadahan Dinasti Ciu.
Yaitu tentang pembaliqan, perkawinan, perkabungan & persembahan, upacara perjamuan, dan sebagainya.
Kitab ini dipakai oleh Nabi Khongcu sebagai referensi acuan dalam Kesusilaan.
Dinamai pula Lee Ko King / Li Gu Jing / Kitab Kesusilaan Kuno.

· LEE KI / Li Ji / Catatan Kesusilaan.
Himpunan tulisan yang mengandung nilai moral dan agamis yang berdasarkan agama Ji. Sekaligus uraian dan tafsir atas 2 Kitab terdahulu.
Mula-mula merupakan sisa-sisa himpunan yang berasal dari Nabi Khongcu dan murid-murid langsung, yang oleh Hoo Cong ( Dinasti Han ) dikumpulkan menjadi 214 Bab / Tulisan / Buku. Lalu, atas pemeriksaan Murid Hoo Cong bernama Tay Tik / Dai De, disingkirkan yang diragukan, yang tidak / bukan berasal dari Ajaran Nabi Khongcu, sehingga tinggal 85 Bab. Disebut dengan Tay Tik Thie / Dai De Ti atau Tai Tay Lee / Da Dai Li.
Oleh keponakan Tay Tik-yakni: Tay Sing / Dai Sheng-diseleksi lebih lanjut, sehingga tinggal 46 Bab. Disebut dengan Sia Tay Lee / Xiao Dai Li.
Dan Tokoh-Tokoh Khonghucu Dinasti Han menambah 3 Bab, yaitu Bing Tong / Ruang Gemilang ( no.14 ), Gwat Ling / Pedoman yang menyangkut Almanak ( no.6 ) dan Gak Kie / Catatan Musik ( no.19 ), sehingga jumlahnya ini menjadi 49 Bab.
Kitab Thai Hak dan Tiong Yong, juga terdapat dalam Lee Ki Bab 42 dan 31.

5. CHUN CHIU KING / Chun Qiu Jing / Kitab Chun Ciu.
Disebut juga dengan nama LIEN KING / Lin Jing / Kitab Kilin, karena Nabi Khongcu mengakhiri tulisan dengan peristiwa terbunuhnya Sang Kilin.
Terdiri dari 18.000 huruf.
Ditulis murni dan langsung oleh Nabi Khongcu.
Merupakan risalah dan kronik, suatu pengadilan jaman.
Ini adalah thesis Nabi Khongcu ( Lihat : Bingcu III B:8, IVB:21, VIIB:2 ).
* Jaman Chun Ciu ( 722 – 481 SM )
Adalah jaman melemahnya Dinasti Ciu ( 1122 – 248 SM ), dengan raja seperti:
Ø Ciu Lee Ong ( 878 – 827 SM ), yang tolol dan semena-mena.
Ø Ciu Yu Ong ( 781 – 770 SM ), yang lemah dan suka hura-hura.
Dimana, hanya karena ingin melihat selirnya bernama Pau Su tertawa, maka hancurlah ibu kota diserang musuh.
Ø Ciu Ping Ong ( 770 – 719 SM ) memindahkan ibu kota yang hancur ke timur ( Lok Yang ), disebut Tang Ciu / Dong Zhou / Ciu Timur.
Ciu Ping Ong mejadi raja yang gila hormat dan akhirnya cuma jadi raja boneka.
Jadilah Jaman Kalut / Chun Chiu. Kekuasaan jatuh ke tangan para raja muda pemimpin ( Pa ) yang akhirnya mengangkat diri menjadi raja ( Ong ). ( Setelah jaman ini, dikenal Jaman Cian Kok / Zhan Guo / Jaman Peperangan ( 403 - 321 SM ) dengan Chien Sie Ong sebagai pemenangnya; mendirikan Dinasti Chien ).

* Ada 3 Kitab Tafsir yang terkenal menjadi pelengkap atas Kitab Chun Ciu ini, yaitu:
1. CHUN CHIU CO TWAN oleh Co Kiu Bing / Zo Qiu Ming.
Beliau adalah sahabat sekaligus “murid” Nabi Khongcu, orang Negeri Lo. Tafsir ini paling cocok dan uraiannya sama dengan Kok Gi / Guo Yi. Sering dijadikan satu dengan Chun Ciu King karena paling dekat.
2. CHUN CHIU KONG YANG TWAN oleh Kong Yang Ko / Gong Yang Gau, orang Negeri Lo, pada akhir Dinasti Ciu, Jaman Cian Kok. Murid perguruan Cu He.
3. CHUN CHIU KOK LIANG TWAN oleh Kok Liang Chik / Gu Liang Chi, orang Jaman Awal Dinasti Han. Juga murid perguruan Cu He.

B. SU SI / Shi Su / Empat Buku.
Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :

1. KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar.
Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.
Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri.
Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.

2. KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.
Ditulis oleh Cu Su / Zi Si alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.
Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.
Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.
Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.

3. KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci.
Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara Cingcu dengan Yucu.
Terdiri dari A dan B, masing-masing 10 Bab, sama dengan 20 Bab, 15.917 huruf.
Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati dalam Kitab ini.

4. KITAB BINGCU / Meng Zi / Kitab Bingcu.
Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya.
Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya.
Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.
Selain Kitab Ngo King dan Su Si, ada 1 kitab lagi yang tidak boleh tidak dipentingkan. Dahulu kitab ini menjadi satu rangkaian di dalam Sip Sha King, yaitu:

HAUW KING / Xiao Jing / Kitab Bakti.
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu.
Terdiri dari 18 Bab.
Berisi percakapna Nabi Khongcu dengan Cingcu.
Merupakan Ajaran tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan.

Jaman dahulu, seorang murid wajib memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar Su Si dan terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab ( atau yang dikenal sebagai Ngo King, karena Kitab Musik / Gak King telah hilang ).



Tersurat di dalam Ya King, “Bila hati gundah-gulana pergi-datang, hanya kawan (sejati) menyertaimu berfikir.” Nabi bersabda,”Akan isi bawah langit ini, apa yang harus difikirkan? Apa yang harus diresahkan? Isi bawah langit ini semua pulang kepada yang sama meski berbeda jalan ditempuh; hanya satu tujuan meski ada beratus pemikiran. Apakah yang harus dipikirkan? Apakah yang harus diresahkan?” (He Su / Babaran Agung B, Bab V/31)

Ya King menjelaskan sebab musabab kesedihan dan derita.
Biar orang tidak punya guru pelindung,
Ya King beserta bagai ayah dan bunda.
(He Su / Babaran Agung B, Bab III / 55)

Dahulu, Nabi membukukan Ya King oleh bantuan rahasia Cahaya Sang Maha Roh (Sien Bing) yang telah menciptakan peraturan-peraturan penggunaan rumput Si (achillea sibirica). (Swat Kwa / Pembahasan Diagram Bab I /1 )

Nabi membukukan Ya King dengan mematuhi pola hukum yang merupakan perwujudan Watak Sejati dan Firman.
Demikianlah maka menegakkan Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa, yang dinamai Im dan Yang; menegakkan Jalan Suci Bumi yang dinamai Lemah dan Kuat (Jiu dan Kong); dan menegakkan Jalan Suci Manusia yang dinamai Cinta Kasih dan Kebenaran (Jien dan Gie). (Pembahasan I : 4)

sumber : Makin

Kamis, 10 Juli 2008

Iman dan Kebajikan Khong Hu Cu (Ruisme)


Banyak khalayak awam yang tidak paham tentang Agama Khong Hu Cu berapriori bahwa Khong Hu Cu itu bukan agama karena cuman mengajarkan etika dan budi pekerti. Pendapat-pendapat tersebut berasal dari orang-orang yang tidak mengerti yang mengetahui Khong Hu Cu dari orang lain yang tidak mengerti juga.

Sebenarnya kalau kita membuka kitab SU SI (Kitab Yang Empat) dibuku pertama Thai Hak (Ajaran Besar) Bab I : 2 tertuliskan:

Didalam Thai Kak (Salah Satu Kitab Kerajaan Siang) tertulis “Pandang dan camkanlah Firman Tuhan Yang Gemilang itu”. (SukingIV.5A.2).

Kita ambil satu ayat lagi didalam Kitab Zong Yong ( Tengah Sempurna), Bab Utama : 1

Firman Thian (Tuhan Yang Maha Esa) itulah dinamai Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai Agama.

Kita akan melihat di ayat-ayat itu tertuliskan “Firman Tuhan”. Agama Khong Hu Cu dari awal Kitabnya sudah membicarakan tentang Firman Tuhan. Salah satu arti dari Agama Wahyu adalah agama yang ajarannya langsung dari Tuhan atau berupa Wahyu Tuhan. Walaupun Agama Khong Hu Cu tidak pernah menyebut-nyebut sebagai agama wahyu, tetapi dari kata-kata “Firman Tuhan” tersebut dapat diartikan mempunyai ajaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan.

Tapi disini saya tidak ingin membicarakan Agama Khong Hu Cu adalah agama Wahyu atau bukan. Tapi kita akan melihat ajaran Khong Hu Cu sudah membicarakan “Firman Tuhan” yang berarti harus diimani juga. Karena Keimanan dan Ketuhanan itu tidak bisa dipisahkan. Dari sinilah kita melihat dengan jelas ajaran Khong Hu Cu bukanlah hanya sebuah filsafat, tetapi ajaran Agama yang harus diimani. Pengetahuan filosofi atau ajaran Filsafat tidak memerlukan iman untuk memahaminya.

Apakah Iman itu?

Iman, itulah Jalan Suci Tuhan YME; berusaha beroleh Iman, itulah Jalan Suci manusia. Yang sudah di dalam Iman itu, dengan tanpa memaksakan diri, telah dapat berlaku Tengah; dengan tanpa berpikir-pikir, telah berhasil dan dengan wajar selaras dengan Jalan Suci, Dialah seorang Nabi. Yang beroleh Iman itu ialah orang yang memilih kepada yang baik, lalu didekap sekokoh-kokohnya. ( Zong Yong (Tengah Sempurna) BAB XIX : 18 )

Keimanan dan Jalan Suci (Dao) Agama Khong Hu Cu harus diterapkan tiap-tiap individu sebagai pembinaan diri sendiri. Hal ini ditegaskan dalam ayat berikut.

Iman Itu harus disempurnakan sendiri dan Jalan Suci itu harus dijalani sendiri pula.

Iman itulah pangkal dan ujung segenap wujud. Tanpa Iman, suatupun tiada. Maka, seorang Junzi (Manusia sempurna / Bijaksana) memuliakan Iman. (Zong Yong BAB XXIV:1&2)

Dan setelah kita mengenal apa itu Iman untuk menempuh Jalan Suci, maka kita akan mengenal juga arti penting Kebajikan dalam kehidupan spiritual Umat Khong Hu Cu seperti yang dijelaskan di ayat ini:

Maka dikatakan, “Kalau bukan yang telah mencapai Puncak Kebajikan, tidak akan dapat Dia mencapai Puncak Jalan Suci”. ( Zong Yong BAB XXVI:5 )

Maka dari uraian yang singkat ini kita sudah dapat melihat dan merasakan hubungan Firman Tuhan, Keimanan, Jalan Suci dan Kebajikan di dalam Ajaran Agama Khong Hu Cu.

Selasa, 20 Mei 2008

Hari-hari Besar Agama Khong Hu Cu



1. (tanggal 24 bulan 12 Imlek) Malaikat dapur naik ke langit.

2. (tanggal 29 bulan 12 Imlek) Sembahyang kepada arwah leluhur

3. Tahun Baru Imlek(tanggal 1 bulan 1 imlek)Penanggalan yang dipakai oleh agama Khongcu untuk mengatur persembahyangan yang di buat oleh Nabi Khongcu. Nabi Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Sia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.
Tahun Zaman Nabi Khongcu Tahun Baru jatuh 22 Desember. 4 Februari pergantian musim dingin ke musim semi. Jadi imlek bukan perayaan musim semi. Perkiraan tanggal 1 imlek, rentang waktunya 15 hari kedepan dan 15 hari kebelakang dari 4 Februari tersebut.Tiap 4 atau 5 tahun sekali ada bulan ke 13, untuk menggenapi agar perhitungan tersebut tidak berubah.Pada hari Tahun Baru tersebut Orang yang lebih muda memberikan salam kepada yang lebih tua.

4. Sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa(tanggal 8 bulan 1 imlek)

5. Cap Go Mek(tanggal 15 bulan 1 Imlek) Upacara sembahyang kepada Tuhan untuk mengucapkan terimakasih dan memulai kehidupan baru..

6. Cing Bing( 5 April)(bulan 3 imlek) Membersihkan makam, menata makam yang rusak.

7. Twan Yang( Tanggal 5 Bulan 5 Imlek) Matahari, bulan dan Bumi, posisinya membentuk sudut 90 derajat. Sebagai hari yang dipandang mempunyai daya alam yang luar biasa. Dibarengi dengan upacara kematian Kut Gwan ( perdana menteri Negeri Chu yang bunuh diri pada zaman Chan Kuo (300 SM))

8.Hari sembayang Rebutan / sembayang arwah umum( Tanggal 15 Bulan 7 Imlek)Upacara yang ditujukan kepada arwah yang tidak disembahyangi oleh keluarganya pada tanggal tanggal 29 bulan 12 Imlek dan 5 april.
Bulan 7 menurut penanggalan imlek dianggap bulan yang tidak baik. Karena posisi Im dan Yang saling menjauhi. Pada bulan itu banyak roh-roh yang bergentayangan karena tidak disembahyangi oleh keluarganya.

9. Sembahyang Tiong Jiu(tanggal 15 Bulan 8 imlek) Sembahyang terhadap Tuhan karena berkah yang diberikan kepada manusia. Panen disimpan untuk persediaan musim dingin dan musim berikutnya.

10.Hari Tangcik / Sembahyang Ronde( tanggal 22 desember) Sembahyang puncak musim dingin. Untuk Agama Khong Cu disebut juga hari genta rohani. Pada hari itu Nabi Khongcu mulai melakukan perjalanan mengajarkan ajaran agamanya selama 14 Tahun. Setelah Pulang Nabi Khongcu kemudian mendirikan sekolah.
catatanPenanggalan imlek baru dipakai resmi setelah dinasti Han (Abad 2 SM).

Agama Khong Hu Cu dan filsafatnya

Nabi Khongcu adalah Nabi Pelengkap dan Penyempurna dari agama Ru (Ru Jiao).
Agama Ru adalah agama para cendikiawan dan para pejabat di Tiongkok pada zaman dahulu sebelum Nabi Khongcu lahir.

Nabi Khongcu menyebarkan jaran Agama Ru kepada rakyat biasa melalui pendidikan formal. Nabi Khongcu adalah guru sekolah formal pertamadidunia. Sampai sekarang Hari Guru Internasional adalah tanggal 27 September, yaitu hari lahir Nabi Khongcu. Ini juga untuk menghormati jasa Nabi Khongcu sebagi guru yang membuka sekolah gratis dengan 3000 (tiga ribu) orang murid. Pekerjaan Nabi Khongcu yang terakhir adalah sebagai guru.Seorang Pengagum Nabi Khongcu bernama Xun Zi (326-233 SM), menyaksikan ajaran nabi Khongcu yang diserang oleh seratus aliran merasa prihatin. Xun Zi kemudian membangun filsafat yang diberi nama Da Ru atau Makro Konfusianisme untuk membela agama Khong Hu Cu dan menyerang seratus aliran itu. Akhirnya seratus aliran itu lenyap hanya disisakan satu yaitu aliran Taoisme, yang pada abad III Masehi menjadi agama tao oleh Tio Too Ling.

Agama Khonghucu yang diajarkan oleh Nabi Khongcu dan Meng Zi (Mencius) tetap berkembang sebagai agama Negara di Tiongkok sejak zaman dinasti Han (Abad II SM / 206 SM).

Zaman sekarang ada agama Khonghucu dan ada filsafat Khonghucu yang diajarkan Xun Zi. Nama Xun ZI kurang dikenal oleh masyarakat umum karena bukunya pernah dicekal selama 800 tahun. Pada tahun 1980 buku Xun Zi baru diterbitkan kembali di RRT.

Agama Khong Hu Cu diakui sebagai agama yang resmi di Indonesia. Filsafat Makro Konfusianisme tetap berkembang dan dipakai di RRT sebagai Filsafat.

Ada perbedaan ajaran agama Khong Hu CU dengan ajaran Filsafat Konfusianisme. Perbedaan itu jelas ada karena disiplin agama dan filsafat memang beda.

Ajaran agama itu diimani dan dilaksanakan tidak perlu diperdebatkan. Sedangkan Ajaran Filsafat Memang terbuka untuk diperdebatkan.

Dunia barat juga mengakui kehebatan ajaran Filsafat Khong Hu Cu/ Konfusianisme yang diajarkan oleh Xun Zi.Kehebatan itu antara lain:
  • Agama Khongcu Menjadi dasar kebudayaan Bangsa Tionghoa

  • Kekaisaran Tiongkok tidak terpecah belah sampai hari ini menjadi RRT.

  • Suku bangsa Tionghoa yang banyak dapat disatukan tanpa ada konflik etnis di Tiongkok. Sayangnya banyak orang Tionghoa sendiri tidak mempelajari sejarah Tiongkok dan kebudayaan Tionghoa yang tertulis.

Sumber: Dr. Oesman Arief ( Ahli Filsafat dan Kebudayaan China)

Senin, 28 April 2008

Materialisme Kehidupan Modern


Kita telah berada di abad 21 ini, di kehidupan yang modern yang serba canggih. Di dalam era dimana orang-orang sibuk bekerja siang sampai malam. Sehari-hari orang beraktifitas untuk mencari nafkah. Berharap mendapatkan rejeki lebih untuk hidup bahagia, mencukupi keluarga atau sekedar membali barang-barang mewah yang disuka. Seakan-akan uang sudah menjadi standart jaminan kebahagian
Dalam kehidupan yang demikian, tentu kita dituntut untuk berpikir praktis, pragmatis, fungsional. Seakan semua kita pikirkan dulu “fungsi” atau kegunaannya. Kita menjadi terbiasa memikir sesuatu dari untung ruginya. Beberapa pikiran yang secara tidak sadar kita kembangkan misalnya kalau bisa berkenalan dengan si A bisa beruntung dapat peluang bisnis, kalau ketemu dengan si B tidak ada untungnya. Atau kalau melakukan hal ini untungnya sedikit, tapi kalo melakukan hal itu untungnya banyak, walaupun itu melanggar “sedikit “peraturan tak masalahlah, dan lain sebagainya.
Berpikir untung dan rugi itu memandang semuanya sebagai kesatuan jumlah (barang). Prinsip ini disebut materialisme.
Celakanya pikiran-pikiran seperti ini tidak di ruang lingkup ekonomi saja. Tetapi sudah merambah ke konsep kerohanian, pendidikan, dan ruang lingkup kehidupan yang lain.
Coba anda perhatikan, bila kita berdoa atau menolong orang, apakah yang anda harapkan? Apa yang kemungkinan di ajarkan kepada anda bahwa kalau rajin menghadap Tuhan akan dapat “Pahala”. Bila menolong orang lain akan mendapat “pahala” juga. Ada juga yang mengatakan kita harus berderma agar utang dosa kita terhapus atau dikurangi.

Coba renungkanlah apakah anda selalu berpikiran model seperti itu?

Kemudian muncul pertanyaan di benak anda, harusnya bagaimana? Bukankah caranya seperti itu?

Memang caranya antara lain bisa seperti itu untuk menggampangkan saja, bila kita berpikir secara praktis dan dasar aja. Namun pemikiran seperti itu pantasnya untuk memberi pengertian kepada anak kecil.

Lalu harus bagaimana apakah yang belum kita pahami sekarang ini?

Tahukah anda, banyak kata-kata yang dilupakan dan disalah artikan orang-orang akhir-akhir ini
Untuk sederhananya bisa kita ambil 3 kata dulu saja untuk menjelaskan.
Ketulusan
Kepantasan
Kesetiaan


1. Ketulusan
Apakah yang anda pahami tentang ketulusan? Apakah anda tulus ketika sedang bekerja dikantor anda? Apakah anda tulus ketika merawat anak anda? Apakah anda tulus ketika berdoa menghadap kepadaNya? Apakah anda tulus ketika membaca artikel ini? Apakah tulus ketika saya menulis artikel ini?

Apakah ketulusan itu menurut anda? Ketulusan itu adalah melakukan sesuatu tanpa memikirkan untung ruginya. Dia melakukan itu karena sudah seharusnya begitu.

Apakah ketika anda merawat anak anda dengan berharap setelah besar nanti sang anak itu akan membalas jasanya lebih besar lagi? Semacam modal yang ditanam sekarang dan suatu hari nanti akan membuahkan hasil.

Tentu tidak seperti itu.
Cobalah luangkan waktu untuk melihat seekor kucing yang merawat anaknya dengan penuh ketulusan. Si kucing menyusui dan merawat anaknya sampai mereka cukup kuat, Setelah itu induknya pergi dan melepaskan anaknya untuk mencari hidupnya sendiri.


2. Kepantasan
Pernahkah anda berpikir bahwa anda pantas untuk mendapatkan sesuatu hal? Dan apakah anda seharusnya tidak pantas mendapatkan hal itu?
Kemudian apakah anda sudah sepantasnya melakukan hal itu atau tidak sepantasnya melakukan hal ini.
Kalau saya bilang sudah sepantasnya anda menolong saudara yang lemah atau kesusahan. Kemudian anda kebertanya: “Knapa?”
Maka saya akan jawab:” Sudah sepantasnya, karena anda lebih kuat dan mereka adalah saudara anda!” Saya tidak akan mengatakan bahwa kalau anda menolong saudara anda, maka anda akan masuk surga!


3. Kesetiaan
Setiakah anda pada pasangan anda? Setiakah anda pada keluarga anda? Setiakah anda pada Tuhan anda? Apabila anda tidak setia pada Tuhan anda, pada siapa lagi anda akan setia? Karena Tuhan hanyalah satu-satunya di Alam semesta ini.

Kalau anda setia pada pasangan anda, maka otomatis anda tidak akan selingkuh. Dan anda tentu mengunjunginya minimal 1 minggu sekali.

Begitu pula Kesetiaan dengan Tuhan. Jika anda benar-benar setia kepadaNya, maka anda akan selalu mencarinya tanpa memikirkan “pahala” yang diberikan dari Nya.

Sebarkanlah artikel ini apabila anda berkenan. Karena selain menyelamatkan fisik dunia yang sudah rusak karena ulah manusia. Yang lebih penting lagi kita juga harus menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang sudah rusak oleh pemahaman materialisme tersebut

Rabu, 09 April 2008

Ajaran Spiritual Agama Khong Hu Cu

Nabi Kongzi (Khong Cu) mengajarkan rakyat agar percaya kepada Huang Tian, Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai dan mengatur jagad raya. Ajaran menyembah Tuhan YME ini sudah diajarkan oleh para raja suci purba, tetapi belum diajarkan secara sistematis kepada rakyat. Nabi Kongzi mengajarkan kepada rakyat Tiongkok untuk melakukan upacara sembahyang dengan benar, tidak bersembahyang kepada roh sembarangan yang bukan semestinya dihormati. Orang boleh bersembahyang kepada roh yang sudah dikenal sebagai roh manusia yang berjasa besar kepada umat manusia.

Nabi Kongzi (Khong Cu) menata struktur kelenteng dengan menambah altar Tian Gong ( Thi Kong ) untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai altar utama. Sebelumnya, di kelenteng tidak ada altar Tuhan atau Tian Gong. Kelenteng itu semula tempat pemujaan para leluhur yang berjasa kepada masyarakat, roh itu dihormati orang seluruh kota maka dibuatkan kelenteng. Kemudian orang ke kelenteng menyembahyangi berbagai roh-roh yang dianggapnya dapat memperbaiki nasib mereka. Makna bersembahyang itu telah bergeser, dan Nabi Kongzi ingin meluruskan kembali.

Nabi Kongzi mengajarkan bahwa bersembahyang di kelenteng itu untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati roh orang yang pernah berjasa besar. Roh-bercahaya atau Sinbing yang disembahyangi di kelenteng adalah roh manusia yang pada waktu hidupnya telah berjasa besar kepada negara dan bangsa. Perbuatan mulia yang pernah dilakukan pada saat masih hidup itu perlu dicontoh. Misalnya Sinbing Kuan Kong, pada saat hidupnya terkenal sebagai orang yang jujur, setia, pembela kebenaran, dan mempelajari buku Chun Qiu karya Nabi Kongzi.

Contohnya, Dewi Guan Yin (Hokkian: Dewi Kwan Im) yang disebut Guan Yin Niang-niang adalah seorang putri dari negara bagian Miao zaman dinasti Zhou ( 周 ), yang baik budi dan welas-asih. Beliau hidup pada abad XII SM, 700 tahun sebelum Nabi Kongzi lahir. Menurut cerita, Putri Miao San ini sangat welas asih kepada semua orang. Para nara pidana yang berada dalam penjara sering dikunjungi, diberi makanan yang layak, diperlakukan seperti layaknya manusia. Perilakunya yang welas asih ini kemudian mendapat julukan Dewi Kuan Im, atau Guan Yin Niang-niang (观 音 娘 娘)Dewi yang selalu mau mendengar dan melihat penderitaan rakyatnya, dan menolongnya. Agama Buddha yang masuk ke Tiongkok pada abad V Masehi mensejajarkan Guan Yin Niang-niang ini dengan Bodhisatwa Avalokitesvara dan menyebutnya Kwam Im Posat. Perlu diketahui Avalokitesvara itu Boddhisatwa laki-laki, sedangkan Guan Yin Niang-niang itu seorang putri.

Selain Guan Yin Niang-niang, Sinbing yang pantas disembahyangi di kelenteng adalah Hian Thian Siang Tee atau Xuan Tian Shang Di ( 玄 天 上 帝 ), dan Hok Tik Cing Sin atau Fu De Zheng Shen ( 福 德 正 神 ). Hian Thian Siang Tee adalah Malaikat Bintang Utara yang menunjukkan arah utara, menjadi pedoman para petani bercocok tanam. Hian Thian Shiang Tee ini dipercaya sebagai malaikat yang memegang rahasia nasib manusia. Kata Hian Thian diartikan Rahasia Langit atau Rahasia Tuhan. Hian berarti tersembunyi, gelap, rahasia. Thian berarti langit dan juga berarti Tuhan, Hian Thian berarti Rahasia Tuhan. Hian Thian Shiang Tee ini mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk memegang Rahasia Langit. Rahasia nasib manusia juga dipegang oleh Hian Thian Shiang Tee. Sejak zaman dahulu, sebelum Nabi Kongzi lahir orang sudah bersembahyang kepada Hian Thian Shiang Tee untuk memperoleh peruntungan yang baik, seperti memperoleh jodoh yang baik, terhindar dari penyakit yang menyiksa, dan diberi panjang umur.

Hok Tik Cing Sin juga sering disebut Thou Tee Kong, atau malaikat Bumi. Malaikat ini adalah simbol dari perwujudan alam semesta yang memberi sumber hidup kepada manusia. Kalimat Hok Tik Cing Sin itu bisa diartikan Semangat Meluruskan Kebajikan akan Mendapatkan Berkah. Pada zaman dahulu orang Tionghua menggambarkan kekuasaan Tuhan itu sebagai kekuatan langit yang penuh rahasia dan kekuatan bumi yang dapat memberi makanan sebagai sumber kehidupan. Di atas langit ada Hian Thian Siang Tee yang memegang rahasia kehidupan, di bumi ada Malaikat Hok Tik Cing Sin yang menjaga bumi agar tetap menghasilkan pangan.
Penghormatan kepada Hian Thian Shiang Tee dan Hok Tik Cing Sin sesuai dengan prinsip Yin Yang, yang mewakili langit dan bumi. Prinsip Yin Yang menjadi dasar memahami ajaran agama Khonghucu dan Filsafat Xun Zi. Selain Sinbing yang sudah disebutkan di atas masih banyak Sinbing yang lain. Anatara lain, Kuan Tee Kun, Thian Shang Sing Boo, Kiang Cu Gee dan sebagainya.

Menurut Nabi Kongzi, mengajarkan agama tidak dibenarkan merusak kebiasaan yang sudah baik yang ada dalam masyarakat. Kalimat aslinya sebagai berikut: Xiu Qi Jiao Bu Yi Qi Shu (.修 其 教 不 易 其 俗 ). Kebiasaan masyarakat Tionghua pada waktu itu ada yang baik, ada pula yang buruk. Nabi Kongzi mengubah yang buruk menjadi baik, dan kebiasaan yang baik lebih diperbaiki.

from: Dr. Oesman Arief, M.Pd 's Articles

Senin, 04 Februari 2008

ARTI IMLEK SEBENARNYA

Banyak kalangan termasuk penduduk keturunan chinese sendiri yang tidak tahu apa sebenarnya imlek itu? Siapa yang menyusun kalender imlek tersebut? Semua orang keturunan chinese di dunia dengan berbagai agama dan golongan merayakan Tahun Baru Cina tersebut, tapi beberapa dari mereka tidak mengetahui apa asal muasal imlek sebenarnya. Terutama penduduk Indonesia keturunan chinese yang sudah dibutakan selama 30 tahun lebih. Marilah kita menyimak dan menghayati artikel dibawah ini untuk menambah wawasan kita.

AGAMA KHONGHUCU & PENANGGALAN IMLIK
Di tulis oleh : Dr. Oesman Arif M.Pd.

Di Tiongkok pada zaman dahulu orang Tionghua sudah menganutm agama Ru Jiao yang diajarkan oleh para Raja Suci zaman purba. Raja Suci purba itu antara lain Fu Xi (3500 SM), Yao (2300 SM), Shun (2225 SM), Yu , Wen Wang dan Zhou Gong. Ajaran agama Ru Jiao itu diajarkan secara turun menurun tetapi belum ada Kitab Sucinya. Agama Ru Jiao ini sudah memiliki rumah ibadah yang disebut Miao atau Bio ( Miao dalam bahasa Indonesia disebut Kelenteng), yang didirikan oleh raja. Semua raja yang baru naik tahta diwajibkan mendirikan tujuh Miao ( kelenteng) agama Ru Jiao. Para gubernur yang baru diwajibkan membangun lima Miao (kelenteng). Para residen yang baru dilantik diwajibkan membuat tiga Miao.

Miao itu menjadi rumah ibadah turun temurun, tetapi tidak ada pembinaan yang intensif bagi rakyat yang memeluk agama Ru Jiao. Para penjaga Miao itu yang disebut Bio Kong tidak dibekali dengan pengetahuan agama yang lengkap. Mereka hanya dibekali dengan pengetahuan cara melaksanakan upacara sembahyang secara lisan saja. Orang Tionghua pada waktu itu mempelajari agama Ru Jiao dari dongeng-dongeng yang beredar dalam masyarakat. Sistem pendidikan agama Ru Jiao saat itu sangat tidak efektif, akibatnya keadaan negara semakin lama semakin kacau. Para raja muda yang jabatannya sebenarnya cuma gubernur mengangkat dirinya sendiri sebagai raja di daerahnya. Demikian pula para bupati atau residen juga mengangkat dirinya menjadi raja kecil lalu menyerang daerah tetangganya.

Kekacauan itu dimulai beberapa puluh tahun setelah Zhou Gong tidak menjadi raja, dan masih berlanjut sampai zaman Nabi Khongcu (551-479 SM). Nabi Khongcu sebagai Nabi yang dikirim Tuhan untuk memperbaiki keadaan kacau di Tiongkok. Nabi Khongcu mulai mengerjakan tugasnya dengan mempelajari naskah kuno di perpustakaan kerajaan. Beliau menyusun kembali semua ajaran agama Ru Jiao yang sudah diajarkan oleh para Raja Suci purba.

Nabi Khongcu menyusun ajaran agama Ru Jiao dalam Enam Jilid Kitab yang disebut Liu Jing atau Enam Kitab Suci Ru Jiao. Nabi Khongcu mendirikan sekolah gratis dengan 3000 (tiga ribu) murid. Sekolah Nabi Khongcu ini dibiayai oleh murid yang kaya raya bernama Cu Gong. Kepada murid-murid ini Nabi Khongcu mengajarkan agama Ru Jiao, sambil menata kembali struktur altar kelenteng disesuaikan dengan ajaran agama Ru Jiao yang sebenarnya. Adanya altar untuk Thi Kong atau altar Tuhan YME di bagian paling depan dari kelenteng adalah atas petunjuk Nabi Khongcu. Sejak saat Nabi Khongcu menata kelenteng agama Ru Jiao semua kelenteng agama Ru Jiao pasti ada altar untuk sembahyang kepada Tuhan YME.

Selain menata struktur altar kelenteng, Nabi Khongcu juga menentukan Kalender yang cocok untuk melakukan upacara sembahyang. Menurut Nabi Khongcu, panganut Ru Jiao wajib melakukan upacara sembahyang besar kepada Tuhan dan para arwah pada waktu yang tepat. Supaya rakyat mengetahui waktu yang tepat melakukan upacara sembahyang perlu dibuatkan Kalender yang khusus. Nabi Khongcu menggunakan Kalender dinasti Xia yang sesuai untuk mengatur pekerjaan petani juga ditambahkan agar sesuai untuk menentukan waktu melaksanakan upacara besar.

Menurut Kalender Xia pergantian tahun itu jatuh pada tanggal empat bulan Februari. Nabi Khongcu menetapkan pergantian tahun tanggal satu bulan satu Imlik tidak tepat pada tanggal 4 Februari (menurut perhitungan matahari), tetapi bisa maju dan mundur tidak lebih dari 15 hari. Nabi Khongcu melakukan perhitungan-perhitungan yang cermat menyusun Kalender Imlik agar rakyat Tiongkok dan orang Tionghua dapat memanfaatkan Kitab Yi Jing sebagai kitab yang menuntun perbaikan hidup manusia.

Kitab Yi Jing adalah salah satu dari Enam Kitab yang disusun Nabi Khongcu sebagai Kitab Suci agama Ru Jiao. Kitab ini menjelaskan rahasia Ba Gua atau Pat Kwa, dan menjadi pedoman orang dalam menjalankan segala usaha termasuk usaha bisnis. Ilmu Feng Shui, ilmu Pengobatan Tiongkok juga dikembangkan dari isi Kitab Yi Jing ini. Orang yang ingin mengetahui perjalanan hidupnya dan kesuksesannya dapat mempelajari Yi Jing, dan perlu mengetahui tanggal kelahirannya berdasar kalender Imlik atau kalender yang sudah disusun oleh Nabi Khongcu. Agama Ru Jiao yang telah diatur kembali oleh Nabi Khongcu sekarang di Indonesia di sebut Agama Khonghucu. Agama Khonghucu sangat erat hubungannya dengan Penanggalan Imlik. Tehun Baru Imlik adalah tahun baru yang ditentukan oleh Nabi Khongcu maka Tahun baru Imlik adalah tahun Baru agama Khonghucu. Namun, pada hari yang dimuliakan oleh umat agama Ru Jiao itu boleh juga dirayakan oleh siapa saja yang mau ikut bergembira. Tetapi jangan pernah berkata bahwa tahun baru Imlik itu tahun baru Kebudayaan Tionghua. Menurut seorang peneliti budaya Tionghua dari Ingris bernama Homer Dubs (1923 M), kebudayaan Tionghua adalah kebudayaan yang telah didisain oleh Xun Zi ( 326-233 SM) berdasarkan agama Khonghucu. Xun Zi telah mengukuhkan ajaran agama Khonghucu (agama Ru Jiao) menjadi warna, dan bentuk dari kebudayaan Tionghua hingga sekarang.

Senin, 21 Januari 2008

Confucius, A biography

CONFUCIUS, the great Chinese sage, was born June 19th, 551 B.C. at Shang-ping, in the country of Lu. His own name was Kong, but his disciples called him Kong-fu-tse, (i.e. Kong the Master, or Teacher,) which the Jesuit missionaries Latinized into Confucius. His father died when Confucius was only three years of age, but he was very carefully brought up by his mother, Yan-she, and from his earliest years, displayed an extraordinary love of learning, and veneration for the ancient laws of his country. When only 19 Confucius married, but divorced his wife four years after marriage that he might have more lime for study and the performance of his public duties.

The death of his mother, which occurred in his 23rd year, gave occasion to the first solemn and important act of Confucius as a moral reformer. The solemnity and splendor of the burial ceremony with which he honored her remains, (an old custom which had fallen into disuse,) struck his fellow citizens with astonishment, and they determined for the future to bury their dead with the ancient honors. Their example was followed by the neighboring states, and the whole nation, except the poorest class. Confucius did not end here. He shut himself up in his house to pass in solitude the three years of mourning for his mother, the whole of which time he dedicated to philosophical study. We are told that he reflected deeply on the eternal laws of morality, traced them to their source, imbued his mind with a sense of the duties they impose indiscriminately on all men, and determined to make them the immutable rule of all his actions. Henceforth his career is only an illustration of his ethical system. He commenced to instruct his countrymen in the precepts of morality, exhibiting in his own person all the virtues he inculcated in others. Gradually his disciples increased, as the practical character of his philosophy became more apparent. His disqiples generally were not the young and enthusiastic, but men of middle age, sober, grave, respectable, and occupying important public situations. This fact throws light both on the character and design of his philsosophy. It was moral, not religious, and aimed exclusively at fitting men for conducting themselves honorably and prudently in this life.

Confucius travelled through various states, in some of which he was well received, while in others he was not much appreciated. His later wanderings were very unpropitious: state after state refused to be improved. He was in some instances persecuted; once he was imprisoned and nearly starved, and finally seeing no hope of securing the favorable attention of the mass of his countrymen while alive, he returned in extreme poverty to his native state, and spent his last years in the composition of literary works, by which posterity at least might be instructed. He died 479 B.C., in the 70th year of his age. Immediately after his death, Confucius began to be venerated and his family was distinguished by various honors and privileges. While Confucius' system is termed a religion, it ought rather to be regarded as a method of political and social life, built upon a slight foundation of philosophy. It contains no trace of a personal God, though there are indeed a number of allusions to a certain heavenly agency or power, Shang-te, whose outward emblem is Tien, or the visible firmament. Confucianism appeals to practical men. It lauds the present world and calls upon all to cultivate such virtues as are seemly in citizens - industry, modesty, sobriety, gravity, decorum and thoughtfulness. It also counsels men to take part in whatever religious services have been established of old. "There may be some meaning in them, and they may affect your welfare in a way you do not know of. And for the genii and spirits, sacrifice unto them; I have nothing to tell regarding them, whether they exist or not; but their worship is a part of an august and awful ceremonial, which a wise man will not neglect or despise." Confucianism, in consequence, almost immediately after the death of its author, became the religion of the state, to which it proved an admirable ally.

from: www.sacklunch.net

Jumat, 18 Januari 2008

Khonghucu Tentang Kesejahteraan

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Agama Khonghucu telah berkembang sejak 500 tahun SM. Sangat banyak orang yang telah menuliskan ajaran agama Khonghucu dan menguraikan berbagai bidang ajaran yang berguna bagi masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Nabi Khongcu sendiri bahwa ajaran agama itu tidak hanya membahas masalah ritual dan membahas masalah kehidupan setelah kematian. Nabi Khongcu justru menekankan perlunya memikirkan kesejahteraan manusia yang masih hidup. Menurut Nabi Khongcu masalah kematian itu seperti orang pulang ke kampung halaman sendiri. Orang akan kembali ke mana dia dahulu berasal, itulah arti kematian. Manusia datang dari Tuhan, akan kembali kepada Tuhan. Xun Zi menulis: “Kelahiran adalah pintu masuk ke dunia, kematian adalah pintu keluar dari dunia. Pada saat bayi lahir diadakan upacara penyambutan. Setelah orang tua meninggal dunia diadakan upacara perpisahan” Dalam agama Khonghucu, masalah kematian dan kehidupan setelah mati tidak dipermasalahkan karena semua itu sudah diatur oleh Tuhan. Namun .ada ajaran yang mewajibkan anak-cucu mendoakan roh orang-orang tua yang sudah meninggal sebagai wajud berbakti kepada orang tua dan leluhur. .Kewajiban hidup utama manusia adalah membina diri atau Xiu Shen. Maksudnya, memeprbaiki hidupnya dan keluarganya. Untuk itu orang perlu mempunyai penghasilan cukup besar agar dapat menghidupi keluarganya. Orang yang membina diri perlu mempunyai pekerjaan atau usaha yang terhormat dan halal disebut Xiu Shen Yi Jing Ye. Usaha yang terhormat dan halal itu artinya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat untuk masyarakat. Orang yang mempunyai kepandaian dan memperoleh pekerjaan dengan gaji cukup besar adalah pekrjaanyan terhormat. Sebaliknya, orang yang mempunyai kepandaian biasa tidak dapat memperoleh pekerjaan dengan gaji besar bisa membuka usaha sendiri. Bekerja sebagai pengusaha juga pekerjaan yang terhormat. Mempunyai pekerjaan tetap atau mempunyai usaha yang lancar diwajibkan bagi semua umat Khonghucu. Xun Zi mengajarkan, apabila orang tidak mendapat pekerjaan dan tidak dapat membuka usaha sendiri dianjurkan untuk bergabung dengan teman-temannya. Membuka usaha seorang diri memang sulit bagi kebanyakan orang, tetapi apabila beberapa orang bergabung mendirikan usaha bersama kemungkinan berhasil banyak. Usaha bersama itu dapat diwujudkan di bidang pertanian, industri, atau perdagangan. Dalam organisasi usaha bersama ini dipilih seorang pemimpin yang pandai dan dapat dipercaya. Di Jepang zaman sekarang ini 90 % perusahaan dikelola secara bersama seperti yang diajarkan oleh Xun Zi ini.

Membina diri selain dalam bentuk menbuka usaha juga mendirikan organisasi sosial guna menolong orang yang memerlukan pertolongan, konsep ini dalam bahasa Tionghua disebut Xiun Shen An Ren . Menurut Xun Zi, organisasi sosial ini diperlukan sebagai wadah membina masyarakat. Kemiskinan disebabkan oleh orang-orang tidak peduli kepada nasib orang lain. Dalam organisasi sosial yang tertib kondisi sosial-ekonomi semua anggotanya dapat diketahui oleh pimpinan organisasi tersebut. Pimpinan organisasi dapat mengatur dan merencanakan usaha untuk menolong orang miskin ini. Di Indonesia organisasi sosial yang dapat mengentaskan kemiskinan belum banyak. Menurut Xun Zi, organisasi sosial tersebut seharusnya bekerja sama dengan pemerintah. Pemerintah mempunyai tanggungjawab membantu organisasi sosial dalam usaha mengentaskan kemiskinan. Menurut Xun Zi, organisasi sosial yang rapi perlu didirikan di seluruh negara. Xun Zi menegaskan: “Jangan sampai ada seorang pun rakyat dibiarkan hidup sendirian tanpa menjadi anggota organisasi”. Organisasi seperti ini menurutnya dapat mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran hukum lainnya. Di negara maju sistem pengawasan dan pembinaan kepada rakyatnya sudah sangat sistemais karena dibantu dengan peralatan teknologi canggih. Di negara berkembang pembinaan dan pengawasan pemerintah kepada setiap individu itu sangat diperlukan, tetapi karena kurangnya tenaga profesional dan peralatan teknologi canggih sering tidak terlaksana.

Tujuan pengajaran agama Khonghucu adalah memberikan saran pemikiran untuk kesejahteraan kepada masyarakat melalui pendidikan dan pembinaan rohani. Namun, kesejahteraan masyarakat tidak cukup dengan pembinaan rohani saja. Para tokoh agama Khonghucu, seperti Xun Zi, hanya dapat menyarankan kepada pemerintah yang berwenang menyejahterakan rakyat. Pemikiran yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat terkait dengan tugas pembinaan diri, yaitu membina diri untuk membantu menyejahterakan rakyat disebut Xiu Shen Yi Bai Xing.

Xun Zi membedakan pengertian cendekiawan dan profesional. Yang dimaksud dengan profesional adalah para praktisi yang menggunakan keahliannya. Petani yang terdidik, tukang yang terdidik, para menteri, para manager perusahaan, dan para guru adalah profesional. Cendekiawan adalah para pemikir, perencana, para pejabat negara yang menentukan kebijakan negara serta pembuat undang-undang. Murid Xun Zi yang bernama Han Fei Zi (250 SM) sudah mengusulkan kekuasaan negara dibagi atas

1. pembuat undang-undang.
2. Pelaksana pemerinthan.yaitu raja dan menteri-menterinya
3. Pemegang kekuasaan pengadilan.

Sayangnya, ajaran Han Fei Zi ini kurang mendapat perhatian di Tiongkok pada zaman kerajaan. Para pembuat undang-undang yang paling tepat adalah para cendekiawan yang tidak mempunyai kepentingan pribadi atau golongan. Di dalam negara yang tidak memisahkan dengan jelas pembedaan antara cendekiawan dan profesional akan menghadapi masalah yang rumit. Kaum profesional itu lebih sesuai bekerja di lapangan sebagai pelaksana. Sedangkan kaum cendekiawan mengutamakan pengabdian kepada negara, mereka dipilih karena mempunyai kepribadian yang kuat dan tidak tamak akan harta.

Menurut Xun Zi, negara yang jumlah cendekiawannya sedikit akan menjadi lemah. Strategi pembangunan negara tidak ditentukan oleh para profesional, tetapi oleh para cendekiawan. Anggota DPR dan MPR seharusnya para cendekiawan. Para menteri adalah para profesional. Anehnya, pada zaman Orde Baru, para menteri itu menjadi anggota MPR dan membuat GBHN. Setelah kabinet terbentuk mereka berubah menjadi menteri. Dengan demikian, GBHN itu dibuat oleh orang yang sama dalam posisi yang berbeda. Sebaiknya, para anggota DPR dan MPR tetap pada posisinya dalam badan Lagislatif. Para menteri juga dipilih dari mereka yang memang profesional. Badan Legislatif diduduki oleh cendekiawan yang pandai. Badan Eksekutif dipegang oleh menteri yang profesional. Badan Yudikatif dipegang oleh orang yang bijaksana dan mempunyai rasa keadilan, dan tidak membuat keputusan yang menyakiti rasa keadilan rakyat
Manusia dalam melakukan tugasnya sehari-hari perlu didasari keyakinan spiritual yang mantap supaya tidak mudah menyerah bila menghadapi kegagalan. Menurut ajaran agama Khonghucu, orang bekerja tidak hanya mencari nafkah, yang lebih penting adalah memperoleh posisi yang terhormat dalam masyarakat. Orang yang tidak mempunyai keahlian dan pekerjaan adalah orang yang tidak mempunyai posisi yang terhormat dalam masyarakat. Apabila mereka mendatangi rumah orang lain pasti dicurigai akan minta sesuatu atau meminjam sesuatu. Dalam kenyataannya orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap banyak merugikan orang lain. Orang yang bekerja hanya untuk mencari nafkah juga kurang dihargai. Pekerja yang baik harus memperhatikan hasil kerja yang bermutu baik. Kualita hasil kerja seseorang menunjukkan kualitas pribadi orangnya. Ajaran agama Khonghucu selalu mengingatkan umatnya agar memilih pekerjaan yang benar-benar dikuasainya. Pengusaha yang menguasai bidang usahanya akan sukses, sebaliknya pengusaha yang hanya ingin mencari keuntungan akan gagal.

Agama Khonghucu banyak membahas masalah kesejahteraan hidup masyarakat karena hal itu sebagai bagian dari tujuan membina diri. Kesejahteraan hidup masyarakt juga menjadi syarat bagi orang yang kan menjalani hidup sesuai akaran agama Khonghucu. Oran yang hidupnya selalu dalam kesulitan ekonmi tidak dapat melakukan upacara sembahyang dengan perasaan senang karena perlengkapannya sembahyang tidak memadai. Dalam upacara sembahyang agama Khonghucu perlu menyiapkan dupa, lilin, buah, dan makanan. Apabila orang tidak mempunyai uang cukup dia tidak dapat membeli semua perlengkapan upacara tersebut. Perlengkapan upacara itu dapat disederhanakan apabila dalam situasi darurat, tetapi tidak dibenarkan apabila setiap kali melakukan upacara sembahyang selalu dalam situasi darurat. Situasi darurat yang dimaksud misalnya dalam situasi perang, dalam situasi bencana alam.

Agama Khonghucu Dalam Bermasyarakat Di Indonesia

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Nabi Khongcu menegaskan, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Itu artinya setiap orang wajib menjadi warga negara yang patuh kepada negara di mana saja dia menetap. Umat agama Khonghucu yang lahir di Indonesia oleh pemerintah Indonesia diberi status Kewarganegaraan Indonesia Asli, hal itu pantas disyukuri. Semua orang yang lahir di Indonesia mendapat status kewarganegaraan yang sama yaitu sebagai Warganegara Indonesia Asli. Umat agama Khonghucu Indonesia wajib menunjukkan kesetiaannya kepada negara Kesatuan Republik Indonesia dengan belajar lebih tekun dan bekerja lebih bersemangat agar masyarakat Indonesia hidup lebih sejahtera.

Nabi Khongcu menekankan kepada murid-muridnya untuk melaksankan empat hal.

a. Sejahterakan kehidupan rakyat.
b. Berikan rakyat pendidikan yang sesuai untuk membangun masa depannya.
c. Sempurnakan kehidupan rakyat dengan mengajarkan kesenian.
d. Ajaklah masyarakat untuk hidup dalam keharmonisan yang dinamis.

Umat Khonghucu di Indonesia perlu mengingat tugasnya, seprti yang ditekankan oleh Nabi Khongcu yaitu:.
1). Mendukung program pemerintah menyejahterakan kehidupan rakyat.dengan melakukan aktivitas bisnis sesuai aturan yang ada
2). Mendukung program pemerintah mencerdaskan rakyat melalui pendidikan dengan cara mendirikan sekolah.
3). Membantu menyempurnakan kehidupan rakyat dengan menggiatkan kesenian.
4). Menjaga keharmonisan yang dinamis dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara melaksanakan ajaran agama Khonghucu dan mengikuti berbagai kegiatan bersama yang diselenggarakan farum kerukuanan umat beragama.

Pada point empat di atas disebutkan istilah: keharmonisan yang dinamis yang dibedakan dengan keharmonisan yang tidak dinamis. Nabi Khongcu menjelaskan: Orang yang menyukai gunung bahagia, orang yang menyukai air bijaksana. Gunung menggambarkan sesuatu yang tenang tidak cepat berubah, air menggambarkan segala sesuatu yang mudah bergerak dan mudah berubah. Banyak orang menafsirkan kata menyukai air dengan tinggal di daerah pantai. Mereka mengartikan tinggal di derah pantai lebih cepat membawa keuntungan secara ekonomi. Kota pantai memang relatif lebih cepat berkembang dari pada kota pedalaman Sebaliknya, orang yang tinggal di pegunungan lebih tenang, lebih sejuk udaranya dan lebih nyaman, Zaman sekarang banyak orang membangun tempat peristirahatan di pegunungan.

Air dapat diartikan sebagai keharmonisan yang dinamis. Air itu cepat berubah bentuk dan mudah digerakkan. Masyarakat akan maju kehidupannya apabila dinamis.Masyarakatnya cepat bertindak dalam menanggapi perubahan situasi. Dalam masyarakat yang dinamis mungkin terjadi banyak gesekan yang menimbulkan masalah, tetapi hal itu perlu bagi kemajuan masyarakat itu sendiri. Gesekan-gesekan yang muncul dalam masyarakat perlu segera dinetralisir agar situasi menjadi tengan kembali. Ibarat air laut, setelah ombaknya pergi air itu tenang kembali.

Pengalaman Spiritual Umat Agama Khonghucu

Oleh : Ws. Dr. Oesman Arif

Agama Khonghucu menekankan kepada umatnya untuk menjalankan tugas kewajibannya sehari-hari dengan penuh tanggung jawab. Setiap hari umat Khonghucu wajib bekerja dan belajar agar kualitas hidupnya selalu meningkat sebagai pelaksanaan dari membina diri atau xiu shen. Umat Khonghucu selalu bekerja keras, seakan-akan bila hari ini tidak bekerja keras besok tidak ada nasi untuk dimakan oleh anggota keluarganya. Kerja keras umat Khonghucu ini didasari oleh tanggung jawabnya sebagai manusia atau karena ada harapan yang menanti di masa depan. Umat khonghucu akan mendapatkan materi yang cukup untuk menjalani kehidupan yang sejahtera apabila mereka bekerja keras. Dengan menjalani kehidupan yang sejahtera umat Khonghucu tidak merasa malu kepada leluhurnya yang sudah pergi ke “dunia lain” dan kepada keturunanya yang akan datang kelak. Apakah umat Khonghucu bisa tahan hidup dengan bekerja keras hanya didasar rasa tanggung jawab sebagai manusia? Nabi Khongcu berkata:” Apabila Tuhan tidak menginginkan kebudayaan Bun musna, apakah yang dapat dilakukan oleh Hwan Twee kepada Ku?”. Kata-kata Nabi Khongcu itu menunjukkan bahwa keberadaannya di dunia ini sebagai manusia karena diberi tugas oleh Tuhan untuk menyelamatkan kebudayaan Bun (kebudayaan Tionghoa yang sudah dibangun oleh Raja Bun). Kata-kata Nabi Khonghucu tersebut sebagai keyakinan-Nya bahwa Beliau ditugaskan oleh Tuhan, atau sebagai kata-kata untuk menenangkan murid-murid-Nya. Tentunya kedua tafsiran tersebut benar. Namun, apabila kita perhatikan sabda-sabda Nabi yang tertulis dalam Kitab Wu Jing dan Shi Su Nabi Khongcu mempunyai penghayatan yang mendalam atas penugasan Tuhan kepada Beliau di dunia ini. Dengan penghayatan yang mendalam kita baca isi kitab Zhong Yong dan Lun Yu, maka kita akan ikut merasakan perasaan Nabi Khongcu dalam menjalankan tugas dari Tuhan itu. Umat agama Khonghucu dalam sela-sela kesibukannya dapat merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh suka dan duka. Mereka dapat bercermin dari sabda-sabda Nabi Khongcu itu untuk menghayati kehidupan spiritualnya. Mereka akan merasa dan menyadari bahwa hidup mereka bukan seperti makhluk yang tersesat ke dunia ini. Mereka akan menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini direncanakan oleh Sang Pencipta. Semua benda dan manusia yang ada dalam lingkungan mereka ikut serta dalam perencanaan itu. Kata Tao (Dao) atau Jalan Suci menjadi kunci bagi umat Khonghucu untuk membuka pengalaman spiritual itu. Jalan Suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang bisa terpisah itu bukan Jalan Suci. Maka seorang Junzi (Kuncu) hati-hati teliti kepada Dia yang tidak kelihatan. Khawatir takut kepada Dia yang tidak terdengar (Zhong Yong, BU: 2).
Pada ayat di atas, kata Dia ditulis dengan huruf besar sebagai hal yang perlu diperhatikan. Yang tidak tampak dan tidak terdengar adalah objek yang perlu diperhatikan oleh orang yang menghayati kehidupan spiritual. Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang hanya memperhatikan yang tampak dan terdengar sebagai fakta objektif. Orang bisa memperhatikan yang tidak tampak dan yang tidak terdengar hanya saat dia berada dalam kesunyian sendiri, bahkan nafasnya sendiri juga tidak boleh terdengar. Hal seperti ini dapat dicapai dengan latihan yang teratur dan tekun. Pengalaman spiritual yang dirasakan oleh orang yang benar-benar sudah mengistirahatkan pikiran dan pancainderanya.

Bagi manusia, mata adalah alat untuk melihat, telinga adalah alat untuk mendengar. Apabila alat-alat pancaindera itu tidak berfungsi orangnya tidak dapat melihat dan mendengarkan apa pun. Sebaliknya, orang yang mempunyai alat pancaindera yang berfungsi baik, tetapi perhatian hatinya (kesadarannya) tidak pada tempatnya, semua yang didepannya tidak terlihat dan semua suara tidak terdengar. Tiada yang lebih tampak dari pada yang tersembunyi itu. Tiada yang lebih jelas dari pada yang terlembut itu. Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri (Zhong Yong, BU:3).

Dalam kitab Su King tertulis bahwa manusia mempunyai Ren Xin atau hati manusiawi yang dalam kerawanan, dan mempunyai hati ilahi atau dao xin yang sangat lembut. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia menggunakan ren xin-nya, dan tidak pernah menyadari bahwa dia juga memiliki hati ilahi atau dao xin. Oleh karena itu, dalam kesehariannya manusia terombang-ambing dalam puas, suka, sedih, dan marah... Kalimat:” Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri” bukan sendiri dalam arti fisik, tetapi sendiri dalam arti spiritual. Orang yang sedang berada “sendirian” yang dimaksud adalah orang itu berada bersama kesadarannya atau hatinya saja, tidak diserta yang lain. Saat seseorang dapat melepaskan semua pikirannya, semua emosinya, dan semua keinginannya itu artinya dia berada seorang diri. Dalam hal seorang diri seperti ini orang mudah tersesat.

Contohnya, orang merasa mendapatkan wangsit atau mendengar suara gaib yang menyesatkan pikirannya. Dalam agama Khonghucu ada cara untuk menguji kebenaran suara gaib, yaitu dengan mencocokkan dengan ayat-ayat dalam Kitab Suci dan mendiskusikan dengan para rohaniwan agama Khonghucu yang senior. Dalam agama Khonghucu dikenal adanya Ren Xin atau hati manusiawi, yaitu hati yang aktif pada waktu orang sadar, dan Dao Xin hati yang Suci tersembunyi atau sangat lembut. Dalam bahasa Inggris Ren Xin disebut flesly-heart, dan Dao Xin disebut Heavenly-heart. Dalam kitab Su King tertulis sebagai berikut: Ren Xin Wei Wei Dao Xin Wei Wei Wei Jing Wei Yi Yun Chi Jue Zhong

Artinya:
Hati manusiawi atau Ren Xin selalu dalam bahaya. Hati yang berada dalam Jalan Suci Tuhan atau Dao Xin sangat rahasia. Inti sarinya hanya Satu. Jangan ingkar dari tengah Ren Xin itu dikatakan rawan atau dalam bahaya karena mudah tercampur dengan nafsu, emosi, dan pikiran yang menyesatkan. Diingatkan agar orang selalu ingat tengah. Oleh Nabi Khongcu, kata tengah itu diartikan Tengah Sempurna. Kata-kata di atas diucapkan oleh Raja Shun (27 abad SM). Nabi Khongcu sebagai Nabi Penerus melengkapi ajaran para Raja Suci zaman kuna.

Dalam ilmu Jiwa Dalam dikenal istilah alam Bawah Sadar dan alam Sadar. Dao Xin bisa dikatakan alam Atas Sadar. Sedangkan alam Bawah Sadar untuk menyimpan pengalaman yang menekan perasaan, tetapi tidak dapat diungkapkan termasuk dalam Ren Xin. Misalnya, orang yang ditegur oleh atasannya, tetapi tidak berani membantah. Rasa sakit di hatinya itu akan tersimpan dalam alam Bawah Sadarnya. Suatu saat sakit hatinya yang tersimpan dalam alam Bawah Sadar itu akan terungkap dalam mimpi. Menurut Michael Newton (2007), orang bermimpi itu juga mengungkapkan pengalamannya dalam alam Atas Sadar. Alam Atas Sadar menyimpan pengalaman manusia sebelum dilahirkan ke dunia. Alam Atas Sadar itu menyimpan pengalaman roh.

Dengan demikian manusia mempunyai alam Atas Sadar yang sama dengan Dao Xin. Alam Kesadaran yang sama dengan Ren Xin, dan alam Bawah Sadar yang menyimpan pengalaman dari alam Kesadaran. Pengalaman spiritual umat Khonghucu dapat dialami oleh mereka yang menjalankan ajaran Nabi Khongcu dengan sepenuh hati. Semua pengalaman hidup ini perlu dihayati sebagai pengalaman menjalankan tugas dari Tuhan Sang Pencipta. Orang yang menjalani hidup dengan akalnya saja tanpa penghayatan akan terombang-ambing dalam susah dan senang. Orang akan merasa hebat bila rencananya berhasil, tetapi merasa susah apabila pekerjaannya gagal. Umat Khonghucu perlu memahami bahwa semua pekerjaan yang dilakukan akan berhasil apabila diijinkan oleh Tuhan. Manusia yang mengerjakan pekerjaan , Tuhan yang menentukan keberhasilannya.

Hidup dalam Tengah Sempurna yang dimaksud oleh Nabi Khongcu adalah kehidupan yang membawa keharmonisan bagi keluarga dan lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia yang sehat mempunyai emosi, bisa senang, bisa susah, bisa merasa puas, dan bisa marah, namun emosi itu masih dalam tahap terkendali. Pengalaman spiritual tidak dapat dicapai dengan bertapa atau menyiksa tubuh dengan menjalani hidup yang banyak pantangan. Orang yang kekurangan gizi akan menderita sakit, maka orang harus makan makanan yang bergizi. Orang yang kurang tidur juga akan menderita sakit, maka orang perlu cukup istirahat dan cukup tidur. Kehidupan yang menyiksa tubuh atau menahan emosi itu bukan kehidupan yang seimbang, emosi perlu disalurkan melalui kegiatan kesenian dan olah raga yang tidak melanggar kesusilaan.

Pada kutipan Kitab Su King di atas dikatakan “jangan ingkar dari tengah” Dalam Kitab Zhong Yong tertulis: ”Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara (BU:5). Ayat ini menegaskan bahwa manusia perlu menjaga keseimbangan alam Kesadarannya. Artinya, manusia dalam kehidupannya tidak masuk ke alam Atas Sadar dan tidak terseret ke dalam Bawah Sadarnya. Orang hidup tidak diperkenankan memasuki alam Atas Sadarnya dengan bertapa, atau menjalani kehidupan dengan banyak pantangan dan menekan semua hawa nafsunya serta emosinya dalam waktu tidak terbatas. Selama manusia masih hidup ia masih terikat oleh kebutuhan jasmani. Apabila manusia melakukan banyak pantangan dan menekan hawa nafsu dan emosinya itu sudah melanggar Perintah Tuhan (Tian Ming). Tuhan menciptakan manusia hidup di dunia diberi tubuh agar dapat menjalankan tugasnya. Nafsu dan emosi sebagai perlengkapan tubuh agar dapat menjaga kewarasan tubuh. Dengan kata lain, emosi dan nafsu adalah bagian daya hidup manusia. Sebaliknya, manusia yang mengumbar nafsu dan emosinya juga merusak badan karena badan mempunyai keterbatasannya.

Nabi bersabda: “Sungguh sempurna hidup dalam Tengah Sempurna. Sayang sudah lama jarang di antara rakyat yang melaksanakan” ( Zhong Yong, Bab II: 1).
Nabi Khongcu menyadari bahwa hidup dalam Tengah Sempurna tidak menarik banyak orang. Kebanyakan orang hidup mengikuti emosi dan nafsunya yang sudah dikemas dalam ambisi. Bagi manusia hidup perlu ambisi karena tanpa ambisi manusia tidak akan ada kemajuan. Akan tetapi, ambisi yang sarat dengan emosi yang tersimpan atau tersembunyi dalam alam Bawah Sadar akan merusak kehidupan itu sendiri. Orang semacam ini menjadi serakah, sobong, dan sewenang-wenang.

Dalam alam Atas Sadar tersimpan kebajikan yang mendorong orang untuk berbuat baik dan bijaksana. Hati nurani manusia adalah tempat atau ruang yang menghubungkan alam Atas Sadar dengan alam Kesadaran. Kebjikan dan kebijaksanaan yang tersimpan dalam alam Atas Sadar daoat turun ke dalam alam Kesadaran manusia apabila hati nurani itu sudah disiapkan. Dengan kata lain, hati nurani adalah ruang penghubung Dao Xin ( hati ilahi) dengan Ren Xin *hati manusiawi). Untuk memahami keadaan ini dapat dipelajari melalui latihan meditasi menurut agama Khonghucu. Dalam latihan ini tida titik tan tian disatukan dalam satu kendali alam Kesadaran. Alam Atas Sadar atau Dao Xin itu amat lembut sehingga tidak mudah disentuh oleh alam Kesadaran orang yang sibuk. Namun, alam Atas Sadar ini dapat menyampaikan pesan kepada Alam Kesadaran atau Ren Xin melalui Hati Nurani manusia yang sudah terbentuk. Hati nurani itu berada dalam wilayah alam Kesadaran atau Ren Xin, namun perlu disiapkan dan terpelihara.. Xun Zi (326-233 SM) menyebut Hati Nurani dengan istilah Lu. Wang Yang Ming (abad XVI) menyebut hati nurani dengan istilah Liang Xin.

Menurut Xun Zi, hati nurani manusia itu akan selalu aktif apabila orangnya diberi pelajaran yang benar. Ajaran Cinta Kasih atau Ren dan ajaran Kebenran atau Yi yang dikemas dalam aturan kesusilaan yang dilaksanakan secara tertib dapat menjadikan hati nurani itu selalu siap bekerja. Nilai-nilai kebajikan yang tersimpan dalam Alam Atas Sadar itu akan turun ke dalam alam Kesadaran apabila hati nurani itu sebagai wadah yang selalu siap menerimanya. Dalam gambaran Xun Zi, hati nurani itu seperti wadah atau ruang yang dapat memuat semangat kebajikan yang tersimpan dalam Dao Xin atau Alam Atas Sadar manusia. Namun, perlu diperhatikan bahwa hati nurani itu perlu dibentuk dan dirawat dengan pengajaran Ren atau Cinta Kasih, dan Yi atau kebenran, serta melaksanakan hidup susila sepanjang waktu. Hati nurani itu tidak akan aktif bila dibiarkan tanpa dirawat. Ibarat rumah kita perlu menyiapkan sebuah ruang khusus untuk menyambut tamu yang sangat kita hormati.

Wang Yang Ming mengajarkan bahwa manusia perlu mempelajari pengetahuan atau ajaran yang baik disebutnya Liang Zhi. Dari pengajaran yang baik ini orang perlu dilatih untuk melakukan perbuatan yang baik disebutnya Liang Neng. Dalam waktu lama pengajaran yang baik dan perbuatan yang baik itu akan menjadikan hati Nurani atau Ling Xin itu aktif. Orang yang tidak memperoleh pendidikan yang baik dan pelatihan untuk berbuat baik hati naraninya tidak aktif, mereka mudah berbuat kejahatan yang merugikan orang lain.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai potensi menjadi baik, dan juga mempunyai potensi menjadi jahat. Sebenarnya manusia oleh Tuhan diberi Watak Sejati yang baik yang tersimpan dalam Alam Atas Sadarnya, namun karena hati nurnai yang berada dalam Alam Kesdaran atau Ren Xin itu tidak siap menampung kebajikan itu, maka di dalam hati nurani itu tidak terisi nilai kebajikan dari alam Atas Sadar, sebaliknya tersisi dengan dendam dan keserakahan. Oleh karena itu, orang yang tidak mendapat pendidikan yang baik hidupnya dikendalikan oleh alam Bawah Sadarnya yang isinya adalah “balas dendam” terhadap “kesakitan hatinya”.

Spiritualitas dalam agama Khonghucu adalah menjalani hidup dalam Tengah Sempurna. Dengan hidup dalam Tengah Sempurna manusia tidak melanggar perintah Tuhan. Umat Khonghucu tidak perlu mempelajari berbagai keajaiban atau kesaktian karena Tuhan telah memberikan manusia daya yang luar biasa yaitu kecerdasan, Cinta Kasih, dan keteguhan hati untuk berani melaksanakan segala tugas kemanusiaan dengan menanggung segala resikonya. Pegangan hidup yang selalu diingat umat agama Khonghucu ini disebut Tri Pusaka.

Target yang akan dicapai oleh umat Khonghucu ada tiga tahap. Pertama yaitu menjadi orang yang suka belajar, atau menjadi siswa disebut Shi . Orang yang bertekad menjadi siswa yang rajin akan menjadi orang terpelajar. Tahap ke dua menjadi orang budiman atau Jun Zi ( 君 子 ). Orang yang telah berlatih menjalankan ajaran Nabi Khongcu dan melaksanakan kewajiban yang sudah ditentukan oleh agama Khonghucu dia bisa disebut Jun Zi. Tahap ke tiga yaitu menjadi Cendekiawan Khonghucu disebut Xian . Orang yang sudah mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam, sifatnya ramah tamah, tidak serakah, pekerjaannya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakat tanpa pamrih, orang ini boleh disebut Xian. Nabi Khongcu menyatakan bahwa para pejabat negara sebaiknya sudah memenuhi syarat sebagai Xian. Mereka dijamin tidak akan melakukan tindak korupsi karena mereka melihat rakyatnya makmur sudah merasa dirinya ikut makmur.

Nabi Khongcu tidak pernah membicarakan surga atau neraka bagi arwah orang yang sudah meninggal dunia. Nabi Khongcu menjelaskan ada dua macam keberanian yang perlu dimiliki oleh umat agama Khonghucu. Keberanian orang selatan yaitu berani menghadapi kesulitan hidup dengan menjaga sikap ramah-ramah. Keberanian orang utara yaitu tidur dengan memeluk senjata, memandang kematian bagai pulang ke kampung halamannya sendiri (Lun Yu). Umat agama Khonghucu yang sudah memahami penjelasan Nabi Khongcu ini tidak mengejar pahala dalam menjalankan tugas hidupnya. Manusia hidup di dunia ini karena diberi tugas oleh Tuhan. Bila sudah tiba saatnya, orang akan dipanggil pulang kembali ke asalnya oleh Tuhan untuk mempertanggungjawabkan tugasnya.

Umat Khonghucu yang sudah menjalankan tugasnya sebagai manusia dengan baik tidak usah khawatir akan mendapat hukuman dari Tuhan. Orang yang melanggar hukum di dunia akan diadili dan dihukum menurut undang-undang negara. Orang yang tidak melaksanakan perintah Tuhan akan dihukum oleh Tuhan. Bagaimana Tuhan akan menghukum manusia yang berdosa manusia tidak tahu. Nabi Khongcu juga tidak membicarakan tentang re-inkarnasi bagi orang yang sudah meninggal dunia. Namun, dapat diberikan jawaban bahwa re-inkarnasi atau tidak itu wewenang Tuhan, maka umat Khonghucu tidak mempermasalahkannya. Apabila Tuhan menghendaki roh orang yang sudah meninggal itu dapat diturunkan kembali ke dunia menjadi manusia, hal itu bisa terjadi karena Tuhanmemang maha kuasa. Dalam agama Khonghucu ada konsep Tian Ren He Yi artinya, ada hubungan yang tidak terpisahkan antara Tuhan dan manusia.

Dalam budaya Jawa ada konsep Manunggaling Kawula Gusti, mungkin ada kemiripan artinya. Dalam agama Khonghucu diajarkan bahwa manusia hidup di dunia untuk menjalankan tugas atas kehendak Tuhan, konsep ini disebut Tian Ming. Tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang ditugaskan di daerah yang tandus, penduduknya miskin, dia harus menjalani kehidupan yang berat karena lingkungan yang tidak ramah. Ada juga orang yang diberi tugas oleh Tuhan di daerah perkotaan yang ramai dan makmur. Apa pun yang ditugaskan oleh Tuhan wajib dijalani dengan senang hati dan ikhlas, itulah bukti orang beriman. Perbedaan tugas yang berbeda-beda ini bukan menunjukkan Tuhan memberi nasib yang berbeda kepada manuisa atau Tuhan tidak adil, atau karena karmanya pada kehidupan yang lalu. Tuhan memberi tugas berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kemampuan orang untuk menjalankan tugas. Orang yang kuat dan cerdas diberi tugas berat diharapkan dapat mengatasinya. Orang yang dilahirkan di daerah yang sulit itu berarti dipandang oleh Tuhan dia mempunyai kemampuan untuk menjalani hidup yang sulit. Orang yang ditugaskan di daerah yang miskin. dan dapat membantu penduduk di lingkungannya menjadi makmur dia orang yang sangat berjasa. Sebaliknya, orang yang selalu mengeluh karena merasa nasibnya tidak beruntung adalah orang yang gagal memahami ajaran agama Khonghucu. Seorang Jun Zi tidak mengeluh saat mengerjakan tugas berat, dan tidak sombong atas keberhasilannya. Dalam ajaran agama Khonghucu orang tidak dididik menjadi manusia yang kuat fisik dan rohaninya, yaitu diajarkan untuk membina diri atau Xiu Shen.

Umat agama Khonghucu dididik menjadi orang yang bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepadanya, apa lagi kalau tugas itu diberikan oleh Tuhan, Gustinya. Kawula yang baik adalah yang dapat menyelesaikan tugas dari Gustinya. Tugas manusia di dunia adalah untuk menyelamatkan kehidupan dan menegakkan Firman Tuhan, atau perintah Tuhan, dalam bahasa Tionghua disebut An Shen Li Ming . Kehidupan yang perlu diselamatkan adalah kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain, termasuk tumbuh-tumbuhan karena kehidupan manusia sangan bergantung pada makhluk hidup yang lain.