Nabi Kongzi (Khong Cu) mengajarkan rakyat agar percaya kepada Huang Tian, Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai dan mengatur jagad raya. Ajaran menyembah Tuhan YME ini sudah diajarkan oleh para raja suci purba, tetapi belum diajarkan secara sistematis kepada rakyat. Nabi Kongzi mengajarkan kepada rakyat Tiongkok untuk melakukan upacara sembahyang dengan benar, tidak bersembahyang kepada roh sembarangan yang bukan semestinya dihormati. Orang boleh bersembahyang kepada roh yang sudah dikenal sebagai roh manusia yang berjasa besar kepada umat manusia.
Nabi Kongzi (Khong Cu) menata struktur kelenteng dengan menambah altar Tian Gong ( Thi Kong ) untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai altar utama. Sebelumnya, di kelenteng tidak ada altar Tuhan atau Tian Gong. Kelenteng itu semula tempat pemujaan para leluhur yang berjasa kepada masyarakat, roh itu dihormati orang seluruh kota maka dibuatkan kelenteng. Kemudian orang ke kelenteng menyembahyangi berbagai roh-roh yang dianggapnya dapat memperbaiki nasib mereka. Makna bersembahyang itu telah bergeser, dan Nabi Kongzi ingin meluruskan kembali.
Nabi Kongzi mengajarkan bahwa bersembahyang di kelenteng itu untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati roh orang yang pernah berjasa besar. Roh-bercahaya atau Sinbing yang disembahyangi di kelenteng adalah roh manusia yang pada waktu hidupnya telah berjasa besar kepada negara dan bangsa. Perbuatan mulia yang pernah dilakukan pada saat masih hidup itu perlu dicontoh. Misalnya Sinbing Kuan Kong, pada saat hidupnya terkenal sebagai orang yang jujur, setia, pembela kebenaran, dan mempelajari buku Chun Qiu karya Nabi Kongzi.
Contohnya, Dewi Guan Yin (Hokkian: Dewi Kwan Im) yang disebut Guan Yin Niang-niang adalah seorang putri dari negara bagian Miao zaman dinasti Zhou ( 周 ), yang baik budi dan welas-asih. Beliau hidup pada abad XII SM, 700 tahun sebelum Nabi Kongzi lahir. Menurut cerita, Putri Miao San ini sangat welas asih kepada semua orang. Para nara pidana yang berada dalam penjara sering dikunjungi, diberi makanan yang layak, diperlakukan seperti layaknya manusia. Perilakunya yang welas asih ini kemudian mendapat julukan Dewi Kuan Im, atau Guan Yin Niang-niang (观 音 娘 娘)Dewi yang selalu mau mendengar dan melihat penderitaan rakyatnya, dan menolongnya. Agama Buddha yang masuk ke Tiongkok pada abad V Masehi mensejajarkan Guan Yin Niang-niang ini dengan Bodhisatwa Avalokitesvara dan menyebutnya Kwam Im Posat. Perlu diketahui Avalokitesvara itu Boddhisatwa laki-laki, sedangkan Guan Yin Niang-niang itu seorang putri.
Selain Guan Yin Niang-niang, Sinbing yang pantas disembahyangi di kelenteng adalah Hian Thian Siang Tee atau Xuan Tian Shang Di ( 玄 天 上 帝 ), dan Hok Tik Cing Sin atau Fu De Zheng Shen ( 福 德 正 神 ). Hian Thian Siang Tee adalah Malaikat Bintang Utara yang menunjukkan arah utara, menjadi pedoman para petani bercocok tanam. Hian Thian Shiang Tee ini dipercaya sebagai malaikat yang memegang rahasia nasib manusia. Kata Hian Thian diartikan Rahasia Langit atau Rahasia Tuhan. Hian berarti tersembunyi, gelap, rahasia. Thian berarti langit dan juga berarti Tuhan, Hian Thian berarti Rahasia Tuhan. Hian Thian Shiang Tee ini mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk memegang Rahasia Langit. Rahasia nasib manusia juga dipegang oleh Hian Thian Shiang Tee. Sejak zaman dahulu, sebelum Nabi Kongzi lahir orang sudah bersembahyang kepada Hian Thian Shiang Tee untuk memperoleh peruntungan yang baik, seperti memperoleh jodoh yang baik, terhindar dari penyakit yang menyiksa, dan diberi panjang umur.
Hok Tik Cing Sin juga sering disebut Thou Tee Kong, atau malaikat Bumi. Malaikat ini adalah simbol dari perwujudan alam semesta yang memberi sumber hidup kepada manusia. Kalimat Hok Tik Cing Sin itu bisa diartikan Semangat Meluruskan Kebajikan akan Mendapatkan Berkah. Pada zaman dahulu orang Tionghua menggambarkan kekuasaan Tuhan itu sebagai kekuatan langit yang penuh rahasia dan kekuatan bumi yang dapat memberi makanan sebagai sumber kehidupan. Di atas langit ada Hian Thian Siang Tee yang memegang rahasia kehidupan, di bumi ada Malaikat Hok Tik Cing Sin yang menjaga bumi agar tetap menghasilkan pangan.
Penghormatan kepada Hian Thian Shiang Tee dan Hok Tik Cing Sin sesuai dengan prinsip Yin Yang, yang mewakili langit dan bumi. Prinsip Yin Yang menjadi dasar memahami ajaran agama Khonghucu dan Filsafat Xun Zi. Selain Sinbing yang sudah disebutkan di atas masih banyak Sinbing yang lain. Anatara lain, Kuan Tee Kun, Thian Shang Sing Boo, Kiang Cu Gee dan sebagainya.
Menurut Nabi Kongzi, mengajarkan agama tidak dibenarkan merusak kebiasaan yang sudah baik yang ada dalam masyarakat. Kalimat aslinya sebagai berikut: Xiu Qi Jiao Bu Yi Qi Shu (.修 其 教 不 易 其 俗 ). Kebiasaan masyarakat Tionghua pada waktu itu ada yang baik, ada pula yang buruk. Nabi Kongzi mengubah yang buruk menjadi baik, dan kebiasaan yang baik lebih diperbaiki.
from: Dr. Oesman Arief, M.Pd 's Articles
Rabu, 09 April 2008
Ajaran Spiritual Agama Khong Hu Cu
Diposting oleh The Crew di 19.41
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar